Sektor Properti Masih Belum Menggeliat pada Kuartal II 2017
Pasar properti kota besar belum juga menggeliat pada kuartal II 2017. Penjualan dan sewa apartemen dan perkantoran masih di bawah harapan. Kondisi ini tak hanya terjadi di Jakarta, namun juga Surabaya.
Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, dirinya telah berbicara dengan sejumlah pengembang dan developer yang rata-rata mengeluhkan lesunya pasar properti. "Memang (kenyataan) di lapangan masih lesu," kata Ferry saat pemaparan di kantornya, Jakarta, Selasa (11/7).
Dari data Colliers, untuk pemesanan apartemen di Jakarta pada kuartal II tahun ini turun 1 persen dari kuartal sebelumnya. Sedangkan apabila dihitung secara year on year maka tingkat pemesanan unit apartemen juga turun 1 persen.
(Baca juga: MRT Jakarta Ajukan Proposal sebagai Pengelola Utama Kawasan Stasiun)
"Yang menarik, walaupun penjualan belum terlalu bagus tapi developer belum mau turunkan harga," katanya.
Ferry menyampaikan kondisi yang lebih berat terjadi pada segmen perkantoran. Dia mengatakan tingkat keterisian perkantoran di wilayah Central Business District pada kuartal II ini hanya sekitar 83 persen atau stagnan apabila dibandingkan kuartal I lalu. Angka ini terus turun dari di atas 95 persen pada tahun 2012 lalu.
"Karena supply sangat banyak dan tanpa direncanakan dua hingga tiga tahun sebelumnya," katanya.
Kendati, Ferry masih optimistis penjualan serta penyewaan properti akan kembali bergairah pada akhir tahun ini. Apalagi, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) melakukan sejumlah langkah seperti pelonggaran Loan to Value Ratio (LTV).
"Kuncinya juga mempertahankan suku bunga agar masyarakat dapat membeli produk yang terjangkau dengan penghasilan," katanya.
(Baca juga: Perusahaan Hary Tanoe Tak Bagi Dividen Demi Bangun Hotel Mewah "Trump")
Sulitnya memiliki rumah memang menjadi topik pembahasan hangat belakangan ini, seiring kian tingginya harga properti di tengah semakin terbatasnya lahan. Hasil survei tahunan Rumah.com pada awal tahun ini mengungkapkan, sebanyak 45 persen masyarakat Indonesia tidak siap membeli properti.
Sementara itu, sebanyak 34 persen responden beralasan harga properti saat ini terlalu tinggi sehingga tidak membeli hunian. “Harga memang menjadi salah satu pertimbangan penting bagi konsumen dalam membeli hunian,” kata Country Manager Rumah.com, Wasudewan, dalam keterangan tertulisnya Februari lalu.