Investor Cina Anggap Startup RI Tak Menarik, Ini Kata Investor Lokal
Sejumlah investor Cina yang berkunjung dalam Next Indonesia Unicorn (NextIcorn) di Bali dikabarkan kurang antusias dan menilai startup-startup yang ditawarkan kurang menarik. Namun, sangkaan tersebut dibantah oleh para pelaku modal ventura di dalam negeri.
CIO Mandiri Capital Indonesia Dennis Pratistha mengatakan, perkembangan ekonomi digital di Indonesia sangat cepat. Ini, menurut dia, membuktikan pasar di Indonesia sangat menarik.
"Sekarang banyak perusahaan baru, dan kami lihat banyak yang menarik," katanya kepada Katadata.co.id, Kamis (15/9).
Venture Partner init 6 Ventures Rexi Christopher juga membantah sangkaan tersebut. Menurut dia, fokus tech hub di Asia Tenggara saat ini berada di Indonesia.
"Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia punya potensi startup yang bagus," ujarnya kepada Katadata.co.id.
Pada acara Next Indonesia Unicorn (NextIcorn) di Bali pada 31 Agustus – 2 September, sejumlah investor Cina dikabarkan kurang antusias dan menilai acara tersebut kekurangan proyek dan startup yang menarik.
Momentum Works melaporkan sejumlah General Partners perusahaan modal ventura asal Cina datang berkunjung ke Indonesia dalam rangka NextIcorn. Namun, Momentum Works tidak memerinci nama maupun perusahaan yang dimaksud.
"Kami merasa pasar penuh dengan peluang, tetapi kekurangan proyek atau perusahaan yang benar-benar dapat kami investasikan,” kata sejumlah General Partner perusahaan modal ventura Cina dikutip dari laporan Momentum Works, Selasa (13/9).
General Partner adalah orang yangbertanggung jawab atas operasi praktis perusahaan modal ventura. Tugasnya mencakup perencanaan arah investasi dan merekrut limited partners untuk menyediakan dana. Ketika dana sudah dikumpulkan, General Partner akan mencari proyek investasi. Mereka berhak menerima biaya manajemen 1,5% - 2,5% setiap tahun dari total investasi perusahaan modal ventura.
Sementara itu, Momentum Works adalah perusahaan yang berpusat di Singapore dan berfokus mengembangkan kerja sama strategis di bidang teknologi di seluruh dunia. Perusahaan itu melaporkan, alasan investor Cina menilai bahwa Indonesia kekurangan startup potensial karena banyak sektor atau model bisnis yang terbukti tidak berfungsi di Negeri Tirai Bambu.
“Sangat sulit bagi mereka untuk meyakinkan investment committee atau IC bahwa model bisnis yang sama akan berhasil di Indonesia. Utamanya, dengan pasar yang kurang matang, persoalan infrastruktur dan gesekan yang jauh lebih besar,” demikian dikutip dalam laporan.
Momentum Works mengatakan, para investor asal Cina itu pun bertanya-tanya tentang alasan startup social commerce dan rantai pasok business to business (B2B) di Indonesia masih mendapatkan pendanaan. Di sisi lain, para investor Tiongkok itu yakin bahwa ada banyak peluang terkait startup sektor konsumtif dan teknologi finansial (fintech) di Indonesia dan Asia Tenggara.
“Untuk mengeksplorasinya dengan benar, dan berhasil, banyak upaya diperlukan. Investor perlu menyaring perusahaan solid atau yang mampu bertahan dari gelembung startup atau bubble burst,” demikian dikutip.
CEO BRI Ventures Nicko Widjaja pun mengatakan, terdapat beberapa petinggi startup yang hampir mati datang ke acara NexiCorn. Disebut hampir mati karena runway kurang dari dua sampai tiga bulan. Runway adalah jumlah waktu yang dimiliki startup sebelum kehabisan uang.
“Mereka berfoto selfie dengan investor, pejabat, dan lainnya. Bagaimana orang-orang ini masih mampu untuk pergi alih-alih menyelesaikan masalah mereka,” kata Nicko melalui akun LinkedIn-nya, pekan lalu.