Cara Menghitung & Persiapkan Dana Darurat untuk Hadapi Pandemi Corona
Yani dapat menghela nafas lega, dana tunjangan hari raya masuk ke rekeningnya tepat sepekan sebelum hari raya Idul Fitri. Perempuan berusia 27 tahun ini pun memilih untuk langsung menabungkan mayoritas dana THR-nya.
Ini berbeda dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya. Usai dapat THR, ia biasanya langsung mampir ke mal untuk berbelanja baju baru untuk dirinya maupun keluarga. Namun tahun ini, ia memilih lebih realistis.
"Lebih baik THR disimpan karena enggak tahu apakah masih bisa terima gaji full di bulan-bulan depan," ungkap Yani yang bekerja di salah satu perusahaan pembiayaan.
Pandemi virus corona membuat Yani lebih sadar pentingnya memiliki dana darurat. Padahal, membuat dana darurat selama ini tak pernah masuk dalam proritas perencanaan keuangannya.
Perencana Keuangan Tatadana Consulting Diana Sandjaja menekankan pentingnya menganggarkan dana darurat di tengah ketidakpastian akibat pandemi corona. Usahakan tunda pengeluaran yang tidak perlu dan hanya menggunakan dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
"Jika masih mendapatkan THR, sebaiknya simpan sebagian untuk dijadikan dana darurat karena kita belum tahu hingga kapan kondisi ini akan berlaku," ujar Diana.
(Baca: Agar Saat Pandemi tetap Happy )
Idealnya, menurut dia, dana darurat yang dialokasikan menggunakan perhitungan pendapatan bulan. Bagi yang sudah berkeluarga, sebesar 6 bulan pendapatan atau gaji. Sedangkan yang belum berkeluarga sebesar 3 bulan gaji.
"Tapi dalam kondisi sulit saat ini, kita bisa menggunakan perhitungan biaya minimal yang harus dikeluarkan dalam sebulan," ungkap dia.
Kebutuhan dana tersebut mencakup angggaran untuk berbelanja kebutuhan pokok dan biaya-biaya yang harus dibayarkan setiap bulan, termasuk air, listrik, uang sekolah anak.
Dengan demikian, bagi yang sudah berkeluarga, dana darurat yang sebaiknya disiapkan adalah anggaran minimal yang harus disediakan selama 6 bulan. Sedangkan bagi yang belum keluarga, perlu menyisihkan 3 bulan anggaran pengeluarna minimal.
Dana darurat harus berbentuk aset likuid yang dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu perlu digunakan. Ia mencontohkan, dana darurat dapat dalam bentuk kas ditangan, tabungan, maupun deposito.
"Jika kebutuhan dana darurat belum terpenuhi, sebaiknya cairkan aset-aset yang tidak likuid untuk memenuhi kebutuhan dana darurat. Pilih aset yang ketika dicairkan masih untung atau tidak terlalu merugi dalam kondisi saat ini," kata dia.
(Baca: Baju Muslim dan Makanan Terlaris di E-commerce, Transaksi Naik 4 Kali)
Adapun jika terpaksa berutang untuk kebutuhan pokok dalam kondisi saat ini, menurut dia, sumber pembiayaan tanpa biaya bunga, kartu kredit, dan gadai barang dapat menjadi opsi.
Senada, Creativepreneur Fellexandro Ruby sebelumnya mengatakan, dana darurat sangat penting agar dapat ‘memperpanjang napas’ keuangan dan tak cemas dengan biaya hidup. Apalagi, kita tak tahu kapan pandemi ini akan berakhir.
Felexandro pun membagikan tips agar dapat menyimpan dana darurat di tengah kondisi sulit saat ini. Pertama, prioritaskan kebutuhan pokok saja. Jangan belanja hal-hal tak penting. Kedua, sebelum alokasikan pengeluaran, sisihkan dulu sebagian gaji dan THR untuk tabungan. Ketiga, aktifkan fitur auto transfer ke rekening tabungan.
Adapun THR yang dialokasikan untuk tabungan dapat mencapai 30%. Sementara sisanya, dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, termasuk beramal.