BI Ramal Penjualan Eceran April Turun Meski Jelang Ramadan
Survei Bank Indonesia Januari memperkirakan penjualan eceran pada April 2021 menurun meski terdapat momentum bulan Ramadan. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) sebesar 150,4, sedikit menurun dibandingkan prediksi bulan ini sebesar 152,5.
Meski permintaan menurun, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan inflasi pada bulan April kemungkinan meningkat. Ini terlihat dari Indeks Ekspektasi harga Umum (IEH) tiga bulan yang akan datang sebesar 156,9, meningakt dari 149,7. "Peningkatan tersebut seiring dengan memasuki bulan Ramadan dan persiapan Idulfitri," kata Erwin dalam keterangan resminya, Selasa (9/3).
Responden Survei juga memperkirakan penjualan eceran pada Juli 2021 menurun. Prediksi tersebut tercermin dari IEP enam bulan yang akan datang yang turun dari 165,8 pada prediksi Juni menjadi 154,1,.
Kendati demikian, tekanan inflasi diperkirakan menurun pada Juli. IEH enam bulan tercatat sebesar 153,5, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 164,8. Responden menyatakan hal tersebut antara lain karena kelancaran distribusi dan kecukupan pasokan.
Survei turut mencatat kinerja penjualan eceran pada Februari 2021 membaik secara bulanan dan relatif stabil secara tahunan. Indeks Penjualan Riil (IPR) pada periode tersebut diperkirakan sebesar 180,6 atau terkontraksi 0,7% secara bulanan, membaik dari bulan sebelumnya minus 4,3% pada Januari 2021. Sebagian besar responden atau 80,1% menyatakan peningkatan tersebut didorong oleh permintaan masyarakat menjelang Imlek dan libur pertengahan bulan Februari 2021. Secara tahunan kinerja penjualan eceran masih terkontraksi sebesar 16,5%, dari bulan sebelumnya sebesar 16,4%.
Kinerja penjualan eceran Januari 2021 tercatat turun secara bulanan namun membaik secara tahunan. IPR pada bulan itu tercatat sebesar 182, atau turun 4,3% dibanding pertumbuhan 4,8% pada Desember 2020. Penurunan terjadi pada seluruh
kelompok komoditas, dengan yang terdalam terjadi pada kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, perlengkapan rumah tangga lainnya, dan subkelompok sandang.
Responden menyampaikan hal tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan masyarakat pasca Natal dan libur akhir tahun di tengah penerapan Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali, serta faktor musim atau cuaca dan bencana alam yang terjadi di beberapa daerah.
Sementara itu, pertumbuhan penjualan eceran Januari 2021 secara tahunan masih terkontraksi 16,4%,. membaik dari bulan sebelumnya yang terkontraksi 19,2%. Perbaikan terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar dari minus 10,3% menjadi minus 7%.
Ekonom Senior Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa survei ini sangat bergantung pada perspektif konsumen pada bulan Januari 2021. "Maka dari itu, pandangan mereka pada bulan-bulan ke depannya akan sangat terpengaruh," ujar Yusuf kepada Katadata.co.id, Selasa (9/3).
Menurut dia, penjual eceran dari beragam sektor masih memiliki ketidakpastian penghasilan di tengah pandemi. Para penjual terpaksa menurunkan penjualannya hingga tiga sampai enam bulan ke depan sejak awal tahun.
Sementara itu, masih akan terdapat potensi terganggunya alur produksi dari harga komoditas pangan strategis seperti cabai karena adanya La Nina. Sehingga, tekanan harga diprediksi meningkat menjelang Ramadan. "Kedua hal inilah yang menjelaskan proyeksi penjualan eceran yang menruun pada tiga dan enam bulan mendatang," katanya.