Pemerintah Berpotensi Perpanjang PPKM Level 4 yang Berakhir Hari Ini
Aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 akan berakhir pada hari ini. Penerapan pembatasan untuk memutus penularan Covid-19 itu disebut akan diperpanjang dalam pengumuman hari Senin (9/8).
Meski demikian, mulai banyak pihak seperti pengusaha yang meminta adanya pelonggaran pembatasan. Lantas, apakah PPKM Level 4 akan dilonggarkan?
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Alexander K Ginting belum mengonfirmasikan apakah PPKM akan diperketat atau diperlonggar. Ia hanya memastikan, pengetatan hanya dilakukan untuk menekan indeks pergerakan masyarakat.
"Sementara pelonggaran dengan protokol kesehatan ketat untuk menstimulasi sosial ekonomi di masyarakat grass root," ujar kepada Katadata.co.id, Senin (9/8).
Namun pemerintah dikabarkan tetap akan memperpanjang PPKM Level 4. Hal tersebut disampaikan oleh ahli wabah yang menjadi salah satu peserta rapat status PPKM yakni Iwan Ariawan dari Universitas Indonesia.
Iwan mengatakan status perpanjangan pembatasan tersebut berdasarkan presentasi Menteri Kesehatan dalam rapat koordinasi PPKM, Minggu (8/8). "PPKM akan terus berlangsung, levelnya pada tiap kabupaten/kota bisa tetap, naik, atau turun. Sesuai indikatornya," kata Iwan
Asesmen situasi Covid-19 bergantung kepada kesesuaian laju penularan di tiap kabupaten/kota. Sedangkan indikator laju penularan diukur dari empat level.
Untuk level 4, angka kasus konfirmasi positif Covid-19 lebih dari 150 orang per 100 ribu penduduk per minggu dengan rawat inap di rumah sakit lebih dari 30 orang per 100 ribu penduduk per minggu. Selain itu angka kematian tercatat lebih dari lima orang per 100 ribu penduduk di daerah tersebut.
Sementara level 3, angka kasus konfirmasi positif Covid-19 antara 50-100 orang per 100 ribu penduduk per minggu dan rawat inap di rumah sakit 10-30 orang per 100 ribu penduduk per minggu. Sementara, angka kematian akibat Covid-19 antara dua sampai lima orang per 100 ribu penduduk di daerah tersebut.
Berdasarkan bahan presentasi Kementerian Kesehatan, level transmisi komunitas di DKI Jakarta mencapai 50-150 kasus per 100 ribu penduduk per minggu. Begitu pula dengan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Riau, Sulawesi Utara, Bengkulu, hingga Gorontalo
Sementara, tren kasus konfirmasi di Bali, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung dan Kalimantan Utara lebih dari 150 kasus per 100 ribu penduduk per minggu.
Kemudian, tren rawat inap rumah sakit di DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara mencapai lebih dari 30 kasus per 100 ribu penduduk per minggu.
Sedangkan, tren rawat inap di Gorontalo, Sulawesi Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau, Sumatera Selatan dan lainnya mencapai 10-30 kasus per 100 ribu penduduk per minggu.
Sementara, tren kasus meninggal yang masih tinggi berada di DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Tengah, Yogyakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Lampung, dan Kalimantan Utara yaitu mencapai lebih dari 5 kasus per 100 ribu penduduk per minggu. Sedangkan, wilayah dengan kematian terendah ialah maluku, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, dan Papua dengan jumlah lebih rendah dari 1 kasus per 100 ribu penduduk per minggu.
Dengan indikator tersebut, Iwan memandang penerapan PPKM sudah lebih objektif dibandingkan dengan kebijakan sebelumnya. Selain itu, pemerintah juga memperhitungkan data positivity rate dalam indikator PPKM. "Oleh karena itu sebagian besar kabupaten/kota di Jawa-Bali masih di level 4 dan di luar Jawa Bali masih di level 3 dan 4," ujar dia.
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 masih terlihat di wilayah Jawa, Bali, hingga Madura. Untuk itu, ia memperkirakan krisis kemungkinan masih terjadi sampai akhir September.
"Itu masa krisis kita belum berakhir karena ini sedang gerak di pedesaan dan kampung-kampung, terlihat dari angka kematian yang banyak," ujar dia.
Selanjutnya, krisis virus corona diperkirakan bergeser ke luar Jawa dan Bali dan melonjak di Sumatera dalam waktu dekat. Untuk itu, pemerintah harus melakukan antisipasi terkait kemungkinan tersebut. "Mereka harus kuatkan tracing, testing, dan treatment serta 5M dan vaksinasi," katanya.