Kegiatan Earth Hour kembali akan berlangsung Sabtu (25/3) pukul 20.30-21.30 waktu setempat. Earth Hour menyerukan kepada individu, komunitas, dan sektor bisnis di seluruh dunia untuk mematikan lampu dan alat elektronik lainnya selama satu jam. Langkah ini dilakukan sebagai aksi bagi pelestarian bumi.
Ikon nasional maupun tempat tinggal di berbagai penjuru dunia mengambil bagian mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai pada momen Earth Hour.
Masyarakat di seluruh dunia akan ‘mengistirahatkan’ diri mereka sendiri dan rehat dari rutinitas sehari-hari, sebelum menentukan apa yang dapat mereka lakukan sebagai upaya untuk memulihkan Bumi. Baik dengan cara bersih-bersih pantai, menanam pohon, memasak dengan sumber pangan lokal dan ramah lingkungan, atau mengajak teman-teman ikut serta dalam rangkaian acara Earth Hour, siapa saja, dimana saja dapat bergabung dalam rangkaian kegiatan Earth Hour.
Lebih dari 190 negara dan wilayah akan menciptakan Momen Terbesar untuk Bumi, aksi ini diharapkan mendapatkan perhatian warga dunia akan bahaya dari kerusakan alam dan perubahan iklim.
Pada saat yang sama, Earth Hour juga merupakan momen penyadartahuan akan pentingnya menjaga bumi kita, melindunginya, dan betapa waktu yang kita miliki sangat terbatas untuk melakukan hal positif untuk planet ini.
Earth Hour 2023 hangat diperbincangkan setelah Perjanjian Kunming-Montreal yang bersejarah di COP15, Desember tahun lalu dimana pada saat itu negara-negara yang berpartisipasi sepakat untuk menghentikan dan mengemblikan hilangnya keanekaragaman hayati di tahun 2030.
Oleh karena itu, tujuh tahun ke depan sangatlah penting, untuk memastikan bahwa ketika dekade ini berakhir, kondisi alam dan keanekaragaman hayati menjadi lebih baik, dan kita tetap menjaga kenaikan suhu bumi berada di bawah ambang batas 1.5°C untuk menghindari kerusakan permanen pada Bumi.
Oleh karena itu, Earth Hour lebih dibutuhkan dari tahun sebelum-sebelumnya untuk menginspirasi jutaan orang untuk bertindak.
CEO Yayasan WWF Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan, Yayasan WWF Indonesia tahun ini bekerja sama dengan pemerintah Kota Surakarta memusatkan acara Earth Hour di alun-alun Balaikota Surakarta. Tema untuk Earth Hour Kota Solo adalah “Solo Resik, Kelola Sampah Plastik”.
"Tahun ini kita memusatkan acara Earth Hour di Kota Solo, sebagai kota terpadat di Jawa Tengah, dan sudah pasti implikasinya adalah banyaknya sampah plastik, melalui momen ini kita mengajak masyarakat kota Solo untuk bijak menggunakan plastik dan mengelola plastik yang sudah terpakai," katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (25/3).
Akan ada beberapa penampil yang akan ikut memeriahkan momen Earth Hour, seperti Jungkat Jungkit, Suluh, Hadrah dan lainnya.
Selain Solo, ada 21 kota di Indonesia yang turut menyelenggarakan Earth Hour 2023, seperti Kota Yogyakarta, Bali, Jayapura, Makassar dan lainnya.
Sejak 2007 Earth Hour telah menyoroti isu-isu perubahan iklim dan hilangnya alam yang telah menjangkau lebih dari 190 negara dan wilayah serta jutaan orang di seluruh dunia. Earth Hour telah bekerja sama dengan ikon-ikon besar di seluruh dunia untuk mematikan lampu, mulai dari London Eye di Inggris, hingga Menara Eiffel di Prancis, dan Colosseum yang telah berusia 2.000 tahun di Italia.