KATADATA ? PT Dian Swastatika Sentosa Tbk, unit bisnis energi dan infrastruktur Sinarmas Group, merevisi target pendapatannya dari sebelumnya 30 persen menjadi 10-15 persen pada tahun ini. Revisi ini dilakukan, sebagai dampak stagnansi permintaan batu bara dari China, yang membuat harga batu bara masih rendah.
"Tadinya kami pikir sampai tahun ini perlambatan dan harga yang rendah itu bisa berubah. Tapi ternyata sampai saat ini stagnan," ujar Direktur dan Corporate Secretary Dian Swastatika, Hermawan Tarjono, usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), di Jakarta, Rabu (18/6).
Untuk mengatasi permintaan China agar tidak terlalu mengganggu pendapatan, saat ini perseroan tengah menjajaki negara tujuan ekspor lainnya, seperti Vietnam, Thailand, dan Myanmar. "Kami lihat dulu harganya, cocok atau tidak," kata dia.
Meski demikian, perseroan meyakini kedepannya permintaan China dan India masih akan tetap tinggi, yakni lebih dari 75 persen. Mengingat perkiraan konsumsi dunia yang diperkirakan meningkat sekitar 3,1 persen per tahun hingga empat tahun ke depan.
Perseroan yakin permintaan China masih bisa naik 2,6 persen per tahun, menjadi 3,3 miliar ton pada 2018. Sementara permintaan India akan naik 4,9 persen per tahun menjadi 657 juta ton pada 2018, seiring dengan pengembangan pembangkit listrik di negara tersebut.
Kedepannya, selain dari bisnis batu bara, perseroan juga berharap bisa mengandalkan bisnis pembangkit listrik. Saat ini pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi (perbandingan jumlah daerah yang dialiri listrik) mencapai 99 persen pada 2020.
Tahun lalu rasio elektrifikasi di Indonesia hanya 80 persen. Makanya untuk mengejar target tersebut, pemerintah berencana membangun pembangkit listrik sebesar 5.000 mega watt (MW) setiap tahunnya
Pembangunan pembangkit mulut tambang (Mine-Mouth Plant) berkapasitas 2x150 MW di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang diperkirakan selesai pada akhir tahun 2015, dapat memberikan sinyal baik bagi perseroan. Bahkan, perusahaan juga sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti lelang IPP di Kendari pada Agustus-September 2014, senilai US$ 170-200 juta.
Bisnis pembangkit ini ditargetkan, "akan berkontribusi 40 persen terhadap EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, amortisasi dan depresiasi),? ujar Wakil Direktur Utama Rudy Halim, menambahkan.
Keseriusan menggarap IPP ini ditunjukkan perseroan dengan menganggarkan dana belanja modal yang besar untuk bisnis tersebut. Dian Swastatika menganggarkan belanja modal sebesar US$ 270 juta tahun ini, yang 75 persennya digunakan untuk proyek IPP.