Kementerian Perdagangan menyebut, Perjanjian Perdagangan Bebas atau FTA antara Vietnam dan Uni Eropa memiliki dampak negatif bagi industri nasional. Salah satunya, mempersempit akses ekspor produk farmasi Indonesia ke Vietnam.
FTA antara Vietnam dan Uni Eropa disahkan pada 2019 dan berlaku pada 2020. Perjanjian tersebut membuat pemerintah Vietnam menyamakan standar semua produk yang masuk ke Negeri Naga Biru sama dengan Uni Eropa.
"Vietnam merupakan salah satu pasar obat-obatan buatan Indonesia, tapi pada 2020 mereka sudah menerapkan aturan baru. Vietnam bukan menerapkan standar Asia-Pasifik, tapi standar Eropa," kata Atase Perdagangan Hanoi Kemendag Addy Perdana Soemantry dalam Gambir Trade Talk #13, Rabu (6/3).
Berdasarkan data Trend Economy, nilai impor produk farmasi dari Indonesia ke Vietnam mengalami tren kenaikan pada 2011-2019. Pada 2019, nilai impor produk farmasi dari Indonesia ke Vietnam mencapai US$ 40,37 juta.
Namun demikian, nilai ekspor tersebut turun 4,45% secara tahunan pada 2020 menjadi US$ 38,57 juta. Performa nilai ekspor produk farmasi Indonesia ke Vietnam kembali anjlok 48,2% secara tahunan pada 2021 menjadi US$ 19,97 juta.
Addy menilai, perubahan standar produk farmasi Vietnam menjadi standar Eropa menyulitkan produsen obat di dalam negeri masuk ke pasar Vietnam. Meski demikian, angka impor obat-obatan Vietnam dari Indonesia kembali naik pada 2022 menjadi US$ 40,9 juta.
Kementerian Luar Negeri mendata pasar farmasi Vietnam telah mencapai US$ 6,98 miliar pada 2022. Nilai impor produk farmasi pada tahun yang sama mencapai US$ 3,78 miliar atau naik 10,6% secara tahunan.
Berdasarkan data Trend Economy, enam dari sepuluh negara dengan nilai impor terbesar Vietnam pada 2022 berasal dari Eropa, yakni:
- Perancis US$ 443 juta
- Jerman US$ 374 juta
- Belgia US$ 290 juta
- Italia US$ 176 juta
- Irlandia US$ 95 juta
- Spanyol US$ 94 juta
Kementerian Luar Negeri memproyeksikan pasar farmasi di Vietnam akan tumbuh menjadi US$ 16,1 miliar pada 2026. Sementara itu, pengeluaran layanan kesehatan di Vietnam akan mencapai US$ 23 miliar pada tahun yang sama.