Menteri Pertanian Amran Sulaiman berencana menggarap 500.000 hektare sawah di Merauke, Papua Selatan pada paruh kedua tahun ini. Namun, Amran akan melakukan uji coba pada lahan seluas 20.000 hektare di wilayah tersebut mulai hari ini (17/4), sebelum mengimplementasi rencana tersebut.
Amran mengatakan akan mengirimkan bantuan alat ke Merauke dari Surabaya pada bulan ini. Alat yang dimaksud adalah 70 uni traktor roda empat, 40 unit pompa air, 10 unit combine harvester, dan 10 unit rice transplante.
"Kalau ini berhasil, dalam tiga sampai enam bulan ke depan kami akan lanjutkan untuk menggarap 500.000 hektare lahan menjadi sawah," kata Amran dalam keterangan resmi, Rabu (17/4).
Amran mengklaim, anggaran untuk mengoptimalisasi 20.000 hektare lahan di Merauke sudah disetujui hari ini, Rabu (17/4). Namun, ia tidak memerinci lebih lanjut berapa anggaran yang dikucurkan untuk menggarap 20.000 hektare sawah maupun rencana 500.000 hektare sawah tersebut.
Amran menjelaskan, pertimbangan optimalisasi 20.000 hektare sawah di Merauke adalah uji coba pada lahan seluas 10.000 hektare pada 2016-2017. Menurutnya, evaluasi uji coba tersebut adalah pengelolaan air.
Mitigasi yang dipilih oleh Amran dalam evaluasi dan menghadapi musim kering tahun ini adalah pompanisasi. Secara singkat, pompanisasi adalah pemanfaatan air dangkal atau air tanah dengan pompa ke lahan pertanian.
Oleh karena itu, Amran mengirimkan 40 unit pompa air dengan tujuan menaikkan Indeks Pertanian dari saat ini 1,2 poin menjadi 3,0 poin. "Kami minta alat itu sudah tiba di Merauke dalam waktu satu minggu," ujarnya.
Selain itu, Amran menyampaikan peralatan pertanian yang dikirimkan dapat memangkas biaya produksi hingga 60%. Dengan kata lain, Amran mengatakan mekanisasi pertanian di Merauke dapat mensejahterakan petani karena produksi naik menjadi tiga kali namun biayanya hanya 50%.
Amran sebelumnya mengaku, Presiden Joko Widodo telah menyetujui pembelian pompa dalam strategi tersebut senilai Rp 5,8 triliun. Menurutnya, pompanisasi dipilih sebagai jawaban lantaran ekstensifikasi sawah membutuhkan waktu hingga tiga tahun agar dapat menghasilkan panen yang baik.
Ia menekankan strategi tersebut penting untuk mengamankan volume panen pada pertengahan 2024. Badan Pusat Statistik memproyeksi neraca produksi beras berada di zona hijau pada Maret-Mei 2024. Puncak panen bergeser dari Maret ke April menjadi 4,9 juta ton.
Volume panen pada Mei 2024 diperkirakan sejumlah 3,35 juta ton. Amran menilai hal tersebut dimungkinkan lantaran total luas tanam hingga Januari 2024 menembus 1 juta hektare.
"Jadi, volume panen empat bulan ke depan aman, tapi panen pada Juni dan Juli harus disiapkan dari sekarang," katanya.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan pemerintah memilih strategi intensifikasi tanam dalam menggenjot produksi beras sepanjang 2024. Menurutnya, pemerintah telah menggenjot indeks pertanaman atau IP dari 1,4 menjadi 2,0 pada 395.000 hektare lahan eksisting. Dengan demikian, lebih dari separuh luas sawah di Indonesia dari total 735 ribu hektare yang kini panen hingga dua kali dalam setahun dari sebelumnya 1,4 kali.
Basuki menyampaikan, peningkatan tersebut dapat dilakukan akibat pembangunan bendungan, rehabilitasi irigasi, pembangunan jaringan irigasi air tanah, dan embung.
"Kalau satu hektar sawah bisa menghasilkan lima ton beras, dengan peningkatan IP pada sekitar 400.000 hektar sawah sudah bisa menambah produksi minimal 1,5 juta ton sampai 2 juta ton," kata Basuki dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR, Senin (1/4).