Pemerintah Targetkan Perjanjian Dagang Bebas RI-Eropa Rampung Juli

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Ilustrasi. Perjanjian perdagangan bebas a, IEU-CEPA dapat menambah pertumbuhan ekonomi riil sebesar 0,19% dan menambah pendapatan negara hingga US$ 2,8 miliar.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
30/5/2024, 16.45 WIB

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menargetkan, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa atau IEU-CEPA rampung pada Juli 2024. Pembahasan IEU-CEPA akan rampung pada perundingan ke-19 pada 1-5 Juli 2024 di Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi mengatakan, perundingan IEU-CEPA ke-18 di Brussel, Belgia kembali berujung buntu. Namun,  Edi mencatat 11 dari 21 bab dalam IEU-CEPA telah mencapai kata sepakat pada perundingan terakhir.

"Masalah perundingan IEU-CEPA bukan di kami, masalahnya di mereka. Mereka menggunakan standar yang  dibuat mereka sendiri, sementar kami menggunakan standar yang sudah ada," kata Edi di kantornya, Kamis (30/5).

Edi memaparkan sebanyak 10 bab dibahas dalam perundingan ke-18 pada 13-17 Mei 2024 di Belgia. Menurutnya, ada tiga bab yang pembahasan isu teknisnya tidak selesai, yakni Rules of Origin, Energy and Raw Material, dan Trade & Sustainable Development.

Ia menemukan, ada unsur diskriminasi dalam perundingan terakhir, khususnya dalam pembahasan perdagangan minyak kelapa sawit mentah. Menurutnya, Uni Eropa menuntut produksi CPO di dalam negeri harus sesuai dengan standar yang baru dibuat oleh Uni Eropa.

"Dalam negosiasi ada beberapa hal yang tidak bisa dilangkahi. Kalau hal tersebut dilangkahi, kami akan mencari kawan lain," katanya.

Walau demikian, Edi mengaku akan tetap bersabar dalam melakukan perundingan ke-19 nanti. Sebab, Edi mencatat keuntungan IEU-CEPA bagi masyarakat Indonesia cukup besar.

Menurutnya, IEU-CEPA dapat menambah pertumbuhan ekonomi riil sebesar 0,19% dan menambah pendapatan negara hingga US$ 2,8 miliar. Selain itu, nilai ekspor ke negara-negara di Eropa dapat tumbuh hingga 57,76%.

Maka dari itu, Edi mengaku telah mengubah arah negosiasi dalam perundingan tersebut dari vertikal menjadi horizontal. Salah satu strategi yang digunakan adalah meminta Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia dan Kadin Eropa menyurati Uni Eropa terkait IEU-CEPA.

"Ini makanya kami mainkan dari sektor swasta untuk mendorong bersama-sama bahwa IEU-CEPA ini penting. Jangan sampai hal-hal ayng mungkin menjadi urusan politik Uni Eropa memperlambat proses ini," katanya.

Strategi lain yang diterapkan Edi adalah melakukan pendekatan langsung ke negara-negara kecil anggota Uni Eropa, seperti Latvia, Slovakia, dan Lithuania. Pendekatan tersebut bertujuan untuk menjelaskan bahwa perundingan IEU-CEPA belum kunjung rampung karena arogansi Uni Eropa.

 Edi menyampaikan beberapa negara saat ini menunggu hasil IEU-CEPA sebelum bekerja sama dengan Uni Eropa, seperti Malaysia dan Australia. Ini karena perundingan IEU-CEPA telah berlangsung selama delapan tahun hingga saat ini.

"Kalau Uni Eropa Serius, seharusnya tekanan-tekanan yang diberikan ke Indonesia melalui komoditas nikel dan minyak sawit itu bisa diselesaikan pada perundingan selanjutnya," ujarnya.


Reporter: Andi M. Arief