Kemenhub Beberkan Faktor-Faktor untuk Turunkan Harga Tiket Pesawat

ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.
Calon penumpang berjalan di selasar Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (2/7/2024). Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penumpang angkutan udara domestik yang berangkat pada Mei 2024 sebanyak 5,3 juta orang atau turun 9,36 persen dibanding April 2024, sementara jumlah penumpang tujuan luar negeri naik 7,12 persen menjadi 1,6 juta orang, salah satunya disebabkan faktor keberangkatan musim haji 1445 Hijriah.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
18/7/2024, 12.04 WIB

Kementerian Perhubungan menyatakan keterlibatan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dibutuhkan untuk menekan harga tiket pesawat. Ini karena ada beberapa faktor biaya operasi yang berada di luar kendali Kemenhub, seperti harga avtur dan perpajakan.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Maria Kristi Endah Murni mengatakan. evaluasi harga tiket pesawat telah menggunakan pendekatan cost per block hour atau CBH. Namun penekanan faktor pembentuk CBH memerlukan andil pihak lain.

"Kalau ingin membuat harga tiket pesawat efisien, semua faktor pembentuk CBH harus diefisienkan, termasuk perpajakan, biaya pemeliharan pesawat, biaya avtur, dan sebagainya," kata Maria kepada Katadata.co.id, Kamis (18/7).

CBH adalah biaya yang  dikeluarkan maskapai selama pesawat melakukan penerbangan, saat pesawat mendarat menuju apron, parkir di bandara, dan lepas landas. Maria menjelaskan, CBH dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar lantaran pasokan avtur dan komponen pesawat masih bergantung pada impor.

Bank Indonesia mendata, nilai tukar rupiah telah melemah 16,16% menjadi Rp 16.129 per Dolar Amerika Serikat dibandingkan capaian akhir 2019 senilai Rp 13.885 per Dolar Amerika Serikat. Oleh karena itu, Maria menekankan CBH saat ini tidak mungkin sama dengan posisi sebelum pandemi Covid-19.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan sebelumnya mengatakan, harga tiket pesawat di Indonesia merupakan yang termahal di dunia setelah Brasil. Ia berencana menekan harga tiket pesawat dari tiga sisi, yakni biaya operasi, komponen tarif, hingga memberikan insentif fiskal.

Salah satu strategi yang akan digunakan adalah meniadakan bea masuk untuk suku cadang pesawat. Hal tersebut penting lantaran komponen pesawat menjadi komponen biaya terbesar pada tiket setelah avtur atau sebesar 16%. Untuk diketahui, kontribusi avtur terhadap tiket pesawat mencapai 40%.

Selain menekan biaya operasional, ia berencana untuk menyederhanakan penghitungan harga tiket pesawat. Saat ini, tiket pesawat dihitung berdasarkan sektor rute. Ini membuat penumpang pesawat mendapatkan dua Pajak Pertambahan Nilai, iuran wajib asuransi kecelakaan ke PT Jasa Raharja, dan biaya layanan penumpang ke bandara.

"Penyesuaian harga tiket berdasarkan jam terbang akan berdampak signifikan mengurangi beban biaya pada tiket penerbangan," katanya.

Kepala Komisi Pengawas Persaingan Usaha Fanshurullah Asa sebelumnya menyebut penyebab tingginya harga tiket pesawat adalah monopoli pemasokan avtur yang dikuasai Pertamina. Praktik ini membuat harga avtur dalam negeri lebih tinggi hingga 43% dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya pada Desember 2023.

Oleh karena itu, Asa mengatakan pihaknya telah merekomendasikan pembukaan jasa penyediaan avtur sejak 2008. Rekomendasi yang sama terus diberikan pada 2016 dan 2023 yakni pembukaan penyediaan avtur kepada pihak lain.

"Kami sudah buat surat resmi ke Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan terkait kajian kami," kata Asa dalam acara Coffee Morning KPPU di Jakarta, Selasa (6/2).

Reporter: Andi M. Arief