Kementerian Pekerjaan Umum menargetkan akan menyelesaikan enam bendungan pada 70 hari pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Waduk yang dimaksud adalah Marangkayu, Tigadihaji, Bener, Bagong, Budong-Budong, dan Rukoh.
"Enam bendungan baru tersebut tersebar di seluruh pulau," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU kepada Katadata.co.id, Jumat (25/10).
Apabila proyek-proyek itu rampung, total bendungan yang selesai dibangun pada tahun ini mencapai 14 unit. Dengan demikian, jumlah waduk baru pada 2014-2024 mencapai 53 unit.
Selain bendungan, Bob juga sedang membuat desain teknis rinci atau DED untuk membangun jaringan irigasi potensial. Jaringan tersebut dibutuhkan agar air bendungan yang sudah dibangun mengalir hingga ke sawah milik petani.
DED menjadi penting dalam pembangunan irigasi potensial agar bentuk saluran pengairan dapat menyesuaikan kebutuhan petak sawah. Selain itu, perbedaan elevasi antara bendungan dan sawah membuat desain irigasi menjadi penting agar tidak ada potensi air yang terbuang.
"Kalau tidak ada DED, air dari bendungan malah tidak sampai ke sawah," katanya.
Berdasarkan catatan Katadata.co.id, sebanyak 52 dari 53 bendungan yang rampung hingga tahun ini diperkirakan memiliki kapasitas tampung 3.734,09 juta meter kubik. Seluruh air tersebut memiliki potensi pemanfaatan untuk memasok air ke 71 daerah irigasi (DI).
Pembangunan waduk diharapkan mampu meningkatkan luas lahan irigasi yang mendapat jaminan air. Total target pemanfaatan bendungan untuk irigasi berdasarkan data desain bendungan mencapai seluas 385.646 hektare (ha).
Lahan irigasi yang mendapat suplai dari air dari waduk saat ini mencapai 10,66% atau seluas 761.542 ha dari total luas irigasi potensi sebesar 7,14 juta ha pada 2014. Setelah pembangunan 52 bendungan baru selesai, cakupannya diharapkan dapat meningkat menjadi 17,43% atau seluas 1.245 juta ha.
Sebelumnya, mantan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mencatat lahan pertanian nasional kini mengalami defisit air ke irigasi. Petani membutuh tambahan 50 bendungan agar jaringan irigasi dari air atas tanah mencapai 20% atau sekitar 1,4 juta hektare dari total 7,3 juta hektare daerah irigasi nasional.
Daerah irigasi tanpa pasokan air bendungan hanya mengandalkan sumber air dari sungai maupun air hujan. Skema tersebut tidak efektif lantaran frekuensi penanaman pangan hanya mencapai sekali setahun.
"Pasokan air dari bendungan ke daerah irigasi dapat meningkatkan frekuensi tanam di daerah irigasi menjadi setidaknya dua sampai tiga kali setahun," kata Basuki pada awal Agustus lalu.