Otoritas mencatat lebih dari 46.000 orang menjadi korban tewas dalam gempa Turki dan Suriah. Jumlah korban diperkirakan akan meningkat, jika melihat dampak kerusakan dengan sekitar 345.000 apartemen telah hancur, dan banyak orang yang masih hilang.
Memasuki hari ke-12 setelah gempa bumi dengan magnitudo 7,8 mengguncang pada 6 Februari lalu, tim SAR berhasil menyelamatkan tiga orang, termasuk seorang anak, dari puing-puing di Kota Antakya, Hatay, wilayah di selatan Turki.
Menyitir laporan Reuters, seorang ibu dan ayahnya selamat, tetapi sang anak meninggal karena dehidrasi setelah berhasil dikeluarkan dari reruntuhan. Sementara kakak perempuan dan saudara kembarnya tidak berhasil diselamatkan.
"Kami mendengar teriakan saat kami menggali hari ini satu jam yang lalu. Saat kami menemukan orang yang masih hidup, kami selalu bahagia," kata anggota tim penyelamat, Atay Osmanov, seperti dikutip Reuters, Minggu (19/2).
Kepala Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD), Yunus Sezer, mengatakan upaya pencarian dan penyelamatan sebagian besar akan dihentikan pada Minggu (19/2) malam.
Korban tewas di Turki telah mencapai 40.642 dan tetangganya Suriah melaporkan lebih dari 5.800 kematian.
Ketika Turki berupaya untuk mengelola bencana terburuknya, kekhawatiran tumbuh terhadap para korban tragedi di Suriah. Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP), sebuah badan PBB yang mengurusi bantuan pangan, menekan pihak berwenang di kawasan barat laut Suriah untuk berhenti memblokir akses ke daerah tersebut, karena WFP berusaha memberikan bantuan kepada ratusan ribu orang.
Berbicara kepada Reuters di sela-sela Konferensi Keamanan Munich, Jerman, Direktur WFP David Beasley mengatakan pemerintah Suriah dan Turki telah bekerja sama dengan sangat baik, tetapi operasinya terhambat di barat laut Suriah.
Badan itu pekan lalu mengatakan kehabisan stok bantuan di sana, dan menyerukan agar lebih banyak jalur penyeberangan perbatasan dibuka dari Turki.
“Masalah yang kami hadapi [adalah] operasi lintas garis ke Suriah barat laut di mana otoritas Suriah barat laut tidak memberi kami akses yang kami butuhkan,” kata Beasley.
"Itu menghambat operasi kami. Itu harus segera diperbaiki," ungkapnya.
Kondisi Kesehatan Masyarakat
Selain upaya penyelamatan, petugas medis dan ahli kesehatan menyuarakan keprihatinan atas risiko penyebaran infeksi, terutama di daerah yang terdapat puluhan ribu bangunan runtuh, sehingga menyebabkan infrastruktur sanitasi di kawasan tersebut turut rusak.
Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca, mengatakan meskipun telah terjadi peningkatan kasus infeksi usus dan saluran pernapasan atas, jumlahnya tidak menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat secara umum.
"Prioritas kami sekarang adalah melawan kondisi yang dapat mengancam kesehatan masyarakat dan mencegah penyakit menular," kata Koca dalam konferensi pers di provinsi Hatay selatan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (18/2).
Organisasi bantuan mengatakan para penyintas akan membutuhkan bantuan selama berbulan-bulan mendatang dengan begitu banyak infrastruktur penting yang hancur.
Untuk diketahui, gempa bumi Turki ini memiliki tingkat kerusakan dalam skala luas dan berdampak ke sekitar 11 provinsi di Turki, yang menjadi tempat tinggal lebih dari 13 juta orang.
Korban WNI
Kedutaan Besar RI di Ankara, Turki, menyatakan dua warga negara Indonesia (WNI) yang sebelumnya dinyatakan hilang di Dyarbakir, telah berhasil ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal, sudah menyampaikan kabar duka ini kepada keluarga kedua WNI itu di Indonesia.
"Kita semua sangat berduka cita. Insya Allah dengan telah terkonfirmasinya jenazah kedua saudara kita, KBRI Ankara dan Kementerian Luar Negeri akan segera mengupayakan pemulangan jenazah ke kampung halaman masing-masing," kata Iqbal dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (18/2).
WNI tersebut adalah Irma Lestari asal Lombok dan Ni Wayan Supini asal Bali. Kedua korban ditemukan di balik reruntuhan Apartemen Galeria di Dyarbakir pada Jumat (17/2).
Sebelumnya, pada 16 Februari Tim gabungan KBRI Ankara - INASAR (BASARNAS) yang dipimpin langsung Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha, telah berangkat menuju Diyarbakir untuk mencari kedua WNI tersebut.
Tim berkoordinasi dengan AFAD (Badan Penanggulangan Bencana Turki) untuk proses pencarian di apartemen Galeria Residence yang menjadi tempat menginap kedua WNI.
Setelah jenazah ditemukan, proses identifikasi dilakukan Tim DVI Polri yang saat ini sedang berada di Hatay. Hasilnya, kedua jenazah itu terkonfirmasi identitasnya.
Saat ini tim sedang membawa jenazah dari Diyarbakir ke Adana untuk dipulangkan ke tanah air. Rencananya, jenazah akan diberangkatkan dari Adana ke Jakarta pada 22 Februari mendatang.
Irma dan Ni Wayan Supini merupakan pekerja migran Indonesia yang bekerja sebagai terapis spa profesional di Dyarbakir.
Apartemen tempat mereka hancur akibat gempa, dan menimulkan sedikitnya 89 korban tewas tertimbun reruntuhan.
Menurut KBRI, sekitar 500 WNI berada di sekitar lokasi gempa, dengan 128 orang di antaranya telah berhasil dievakuasi Tim KBRI Ankara. Mereka yang selamat sudah mendapatkan tempat perlindungan yang aman. Sejauh ini, 10 WNI mengalami luka berat, sedangkan temuan dua jenazah di Dyarbakir menambah jumlah WNI yang tewas akibat gempa Turki menjadi empat orang.