Mantan Perdana Menteri Cina Li Keqiang Wafat Karena Serangan Jantung

ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/rwa.
Perdana Menteri Cina Li Keqiang menyampaikan laporan kerja pemerintah dalam pembukaan Sidang Tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Balai Agung Rakyat, Beijing, Cina, Jumat (5/3/2021).
Penulis: Hari Widowati
27/10/2023, 12.09 WIB

Mantan Perdana Menteri Cina Li Keqiang meninggal dunia akibat serangan jantung, pada Jumat (27/10). Dia berusia 68 tahun.

Pada satu dekade masa jabatannya, Li dipandang sebagai pesaing utama Xi Jinping dalam kepemimpinan di Partai Komunis. Li, yang  seorang ekonom, memiliki pendekatan yang dikenal sebagai "Likonomics" yang mengarahkan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini ke arah ekonomi pasar yang lebih terbuka.

Namun, gagasan Li tidak pernah sepenuhnya diimplementasikan karena harus tunduk pada preferensi Xi yang menempatkan lebih banyak kontrol oleh negara terhadap perekonomian.

"Kamerad Li Keqiang mengalami serangan jantung mendadak pada 26 Oktober, ketika sedang beristirahat di Shanghai dalam beberapa hari terakhir. Setelah upaya habis-habisan untuk menyadarkannya gagal, Li meninggal di Shanghai pada pukul sepuluh lewat tengah malam pada 27 Oktober," demikian dilaporkan oleh stasiun televisi pemerintah, CCTV, seperti dikutip Reuters.

Media sosial Tiongkok mengalami luapan kesedihan dan terkejut dengan kepergian Li yang mendadak. Beberapa situs pemerintah berubah menjadi hitam-putih sebagai tanda berkabung. Platform mikroblog Weibo mengubah tombol "suka" menjadi ikon "berduka" dalam bentuk bunga krisan.

Li adalah perdana menteri dan kepala kabinet Tiongkok di bawah Xi Jinping selama satu dekade hingga mengundurkan diri dari semua posisi politiknya pada Maret lalu. Beredar klip video dari pidato Li ketika meletakkan karangan bunga di patung Deng Xiaoping, pemimpin reformasi transformasional ekonomi Cina, pada Agustus 2022.

Dalam cuplikan video tersebut, Li bersumpah. "Reformasi dan keterbukaan tidak akan berhenti. Sungai Yangtze dan Sungai Kuning tidak akan berbalik arah," ujarnya. Klip video yang viral itu kemudian disensor dari media sosial Tiongkok karena dipandang sebagai kritik terselubung terhadap kebijakan-kebijakan Xi.

Li memicu perdebatan tentang kemiskinan dan ketidaksetaraan pendapatan pada tahun 2020. Ia menyebut 600 juta orang di Tiongkok berpenghasilan kurang dari US$ 140 dolar per bulan.

Beberapa tokoh intelektual dan anggota elite liberal Tiongkok menyatakan keterkejutan dan kekecewaan mereka di saluran semi-pribadi WeChat atas meninggalnya Li, sang mercusuar reformasi ekonomi liberal Tiongkok. Beberapa orang mengatakan bahwa hal itu menandakan berakhirnya sebuah era.

"Li mungkin akan dikenang sebagai pendukung pasar yang lebih bebas dan mereka yang tidak mampu," kata Wen-Ti Sung, seorang ilmuwan politik di Australian National University. "Namun yang terpenting, dia akan dikenang karena apa yang seharusnya bisa terjadi."

Alfred Wu, profesor di Lee Kuan Yew School of Public Policy di Singapura, mengatakan, "Semua tipe orang seperti Li sudah tidak ada lagi dalam politik Tiongkok."

Li memang kurang berpengaruh dibandingkan dengan para pendahulunya, Zhu Rongji dan Wen Jiabao. "Dia dikesampingkan, tapi apa lagi yang bisa dia lakukan? Sangat sulit baginya, dengan berbagai kendala yang dia hadapi di bawah Xi," ujar Wu.

Meniti Karier dari Liga Pemuda Partai Komunis

Li lahir di provinsi Anhui di Tiongkok timur, sebuah daerah pertanian miskin. Ayahnya adalah seorang pejabat dan dia dikirim untuk bekerja keras di ladang selama Revolusi Kebudayaan.

Saat belajar hukum di Universitas Peking yang bergengsi, Li berteman dengan para pendukung pro-demokrasi yang gigih. Pria yang fasih berbicara dalam bahasa Inggris ini tenggelam dalam gejolak intelektual dan politik pada dekade reformasi di bawah kepemimpinan Deng. Periode tersebut berakhir dengan protes pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen tahun 1989 yang ditumpas oleh militer.

Setelah lulus, ia bergabung dengan Liga Pemuda Partai Komunis, yang kemudian menjadi tangga menuju jabatan yang lebih tinggi. Dia naik jabatan di Liga Pemuda sambil menyelesaikan gelar master di bidang hukum. Kemudian, ia meraih gelar doktor ekonomi di bawah bimbingan Profesor Li Yining, seorang advokat reformasi pasar yang terkenal.

Pengalaman politiknya sebagai pemimpin provinsi di Henan, sebuah daerah pedesaan yang miskin dan gelisah di Tiongkok tengah, dirusak oleh tuduhan penindasan setelah skandal AIDS. Ia juga pernah menjabat sebagai ketua partai di Liaoning.

Pelindung Li adalah Hu Jintao, mantan presiden dari faksi politik yang secara longgar berbasis di sekitar Liga Pemuda. Setelah Xi mengambil alih jabatan ketua partai pada tahun 2012, ia mengambil langkah untuk memecah faksi Liga Pemuda.