Blinken: Warga Palestina yang Mengungsi Harus Bisa Kembali ke Rumah

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menolak pernyataan para pejabat Israel yang menyerukan pengungsian massal bagi warga Gaza.
Penulis: Hari Widowati
8/1/2024, 13.58 WIB

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan warga sipil Palestina harus dapat kembali ke rumah mereka. Dia menolak pernyataan para pejabat Israel yang menyerukan pengungsian massal bagi warga Gaza.

Blinken mengatakan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat memainkan peran penting dalam mengizinkan warga sipil yang mengungsi di Gaza untuk kembali ke rumah mereka saat Israel beralih ke "tahap intensitas yang lebih rendah" dalam kampanye militernya.

"Mereka (warga sipil Palestina) tidak boleh ditekan untuk meninggalkan Gaza," kata Blinken dalam sebuah konferensi pers di Doha bersama Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, Minggu (7/1) waktu setempat, seperti dikutip Al Jazeera.

Diplomat tertinggi AS itu mengutuk pembunuhan jurnalis Al Jazeera Hamza Dahdouh, putra kepala biro dan koresponden Al Jazeera di Gaza, Wael Dahdouh, dan menyebutnya sebagai "tragedi yang tak terbayangkan". Hamza terbunuh bersama dengan rekan jurnalis lainnya, Mustafa Thuraya, dalam serangan Israel di Gaza selatan pada hari Minggu.

Pasukan Israel sebelumnya telah membunuh beberapa anggota keluarga dekat Wael Dahdouh dalam sebuah serangan udara. "Inilah sebabnya mengapa kami mendesak keharusan tidak hanya untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat sampai kepada orang-orang yang membutuhkannya, tetapi juga agar orang-orang terlindungi dari bahaya konflik ini sejak awal," kata Blinken.

Tamer Qarmout, asisten profesor bidang kebijakan publik di Institut Studi Pascasarjana Doha, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa meskipun Blinken telah menyatakan kesedihannya atas meninggalnya Dahdouh, namun diplomat tertinggi AS itu belum meminta pertanggungjawaban Israel atas pembunuhan para jurnalis di Gaza.

Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan deklarasi darurat dua kali dalam beberapa minggu terakhir untuk mengirimkan bom ke Israel tanpa pengawasan kongres. Pada konferensi pers di Doha, Blinken mengatakan bahwa semua pengiriman senjata AS ke negara manapun, termasuk Israel, dilakukan dengan syarat bahwa hukum kemanusiaan dihormati.

Dia mengatakan bahwa meskipun Israel memiliki hak untuk menargetkan Hamas dan memastikan bahwa kelompok tersebut tidak dapat lagi melancarkan serangan, namun sangat penting untuk melindungi warga sipil.

"Seiring dengan meredanya operasi, hal itu tentu akan memudahkan untuk memastikan bahwa warga sipil tidak dirugikan dan juga memastikan bahwa lebih banyak bantuan yang dapat diberikan kepada mereka yang membutuhkan," katanya.

Mencegah Perang Meluas

Al Thani mengatakan bahwa dunia mulai terbiasa dengan gambar-gambar penderitaan warga sipil di Gaza. "Ini adalah ujian besar bagi kemanusiaan kita," katanya.

Menurut pejabat Palestina, sedikitnya 22.835 orang telah terbunuh - termasuk 9.600 anak-anak - dalam serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober. Sementara itu, pihak berwenang di Israel menyatakan sedikitnya 1.140 orang tewas dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan sekitar 240 orang lainnya ditawan.

Al Thani mengatakan pembunuhan wakil pemimpin politik Hamas, Saleh al-Arouri, di Beirut telah mempengaruhi upaya Qatar untuk bernegosiasi antara kelompok Palestina dan Israel untuk membebaskan para tawanan.

Qatar sebelumnya memainkan peran kunci dalam memediasi gencatan senjata selama tujuh hari antara Israel dan Hamas yang menghasilkan lebih dari 100 tawanan yang dibebaskan dan ratusan tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel.

Al Thani mengatakan bahwa Doha terus bernegosiasi. Ia dan Blinken membahas upaya-upaya untuk mencapai gencatan senjata dan memastikan pembebasan lebih banyak tawanan.

Blinken Memperingatkan Milisi Houthi

Blinken berada di Doha sebagai bagian dari tur diplomasi selama seminggu di Timur Tengah, untuk meredakan apa yang ia katakan sebagai "momen ketegangan yang mendalam" di wilayah tersebut. Perang Israel dan Hamas di Gaza telah berlangsung selama tiga bulan.

Sejak perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober, Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon telah sering bertukar tembakan lintas batas.

Puluhan warga sipil Lebanon dan lebih dari 140 anggota Hizbullah telah terbunuh dalam pertempuran tersebut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa perang Gaza dapat meningkat menjadi konflik regional.

Di sisi lain, pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman telah menembakkan rudal ke Israel. Milisi Houthi juga menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah, yang mereka sebut sebagai aksi solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza. Kelompok yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman ini mengatakan bahwa mereka menargetkan kapal-kapal yang menuju Israel.

Serangan-serangan tersebut telah menyebabkan banyak perusahaan pelayaran global, termasuk Maersk, menghindari rute pelayaran Laut Merah. AS telah merespons dengan membentuk pasukan maritim multinasional untuk melindungi jalur-jalur pelayaran di wilayah tersebut.

Blinken mencatat bagaimana serangan Houthi merugikan orang-orang di seluruh dunia karena meningkatkan biaya pengiriman dan membuat jangka waktu pengiriman barang menjadi lebih lama. Ia menyatakan Washington sangat ingin memastikan bahwa perang tidak menyebar.

"Lebih dari selusin negara telah menegaskan bahwa Houthi akan bertanggung jawab atas serangan-serangan di masa depan," ujar Blinken, merujuk pada koalisi pimpinan AS.