Ramai-ramai Maskapai AS, Eropa, Asia Hentikan Penerbangan ke Israel dan Lebanon
Beberapa maskapai asal Amerika Serikat, Eropa, dan Asia menghentikan penerbangan untuk tujuan ke Israel dan Lebanon. Penghentian tujuan penerbangan itu karena alasan masalah keamanan setelah terbunuhnya pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh pada Rabu (31/7).
Iran telah membuat pernyataan akan membalas dendam kepada Israel atas pembunuhan Haniyeh. Sehingga, serangan balasan tersebut diperkirakan membuat risiko keamanan tinggi bagi banyak maskapai.
United Airlines, yang mengoperasikan 14 penerbangan setiap minggu antara New York dan Israel, menghentikan sementara penerbangan ke Israel hingga 6 Agustus.
Maskapai AS, Delta Airlines, juga menangguhkan penerbangan ke Israel, dan maskapai Inggris British Airways membatalkan penerbangannya ke negara tersebut pada Rabu.
Selain maskapai Amerika, berikut deret penerbangan internasional yang membatalkan penerbangan ke Israel:
- Swiss International Air Lines, menangguhkan penerbangan antara Zurich dan Tel Aviv hingga 8 Agustus, dengan alasan keselamatan awak dan penumpang.
- Lufthansa, maskapai Jerman, menangguhkan penerbangan ke Beirut dan Tel Aviv masing-masing hingga 8 dan 12 Agustus, karena masalah keamanan.
- Air India, meniadakan penerbangan menuju Tel Aviv hingga 8 Agustus, dengan alasan keamanan.
- ITA Airways, maskapai penerbangan utama Italia, meniadakan penerbangan ke dan dari Tel Aviv ditiadakan hingga 6 Agustus “karena perkembangan geopolitik di Timur Tengah dan untuk menjamin keselamatan para penumpang dan awak.”
- LOT, maskapai nasional Polandia membatalkan delapan penerbangan ke Lebanon dan Israel yang dijadwalkan pada 3-4 Agustus.
- KLM, maskapai penerbangan Belanda membatalkan semua penerbangannya ke dan dari Israel hingga 26 Oktober.
- Aegean Airlines dan Condor Airlines, menangguhkan penerbangan dari Athena ke Beirut hingga 1 Agustus karena ketegangan regional.
- Singapore Airlines (SIA) mengatakan akan menghindari wilayah udara Iran karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Penangguhan penerbangan di tengah meningkatnya ketegangan dan potensi konflik yang lebih luas antara Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon di satu sisi dan Israel di sisi lain.
Penghentian penerbangan tersebut merebak menyusul pembunuhan terhadap komandan senior Hizbullah Fuad Shukr oleh Israel pada Selasa (30/7) dan tuduhan oleh kelompok Palestina Hamas dan Iran bahwa Israel-lah yang membunuh Haniyeh di Teheran.
Hamas dan Iran telah berjanji untuk melakukan pembalasan atas pembunuhan Haniyeh, sementara Hizbullah berjanji untuk membalas pembunuhan Shukr.
Polandia Larang Warganya Pergi ke Israel, Iran dan Lebanon
Kementerian Luar Negeri Polandia menyarankan warga negaranya tidak bepergian ke Israel, Lebanon, dan Iran karena "situasi yang tidak stabil" di wilayah tersebut, pada Jumat (2/8).
"Karena meningkatnya jumlah wisatawan Polandia yang datang ke Lebanon, Israel dan Iran, kami ingin mengingatkan Anda bahwa Kementerian Luar Negeri sejak awal menyarankan untuk tidak melakukan perjalanan ke wilayah tersebut," demikian unggahan kementerian pada platform X.
"Situasi yang tidak stabil terkait keamanan menunjukkan bahwa meninggalkan tempat-tempat ini akan menjadi semakin sulit," tambah pernyataan tersebut.
Israel menghadapi kecaman internasional atas serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Hampir 39.500 warga Palestina telah terbunuh sejak saat itu, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 91 ribu orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir 10 bulan dalam perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militernya di selatan kota Rafah, tempat lebih dari satu juga warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum kota itu diinvasi pada 6 Mei.