Israel Deportasi Greta Thunberg dan 160 Aktivis Global Sumud Flotilla ke Yunani
Aktivis Swedia, Greta Thunberg, telah tiba di Yunani bersama dengan 160 aktivis lainnya dari Global Sumud Flotilla, setelah dideportasi oleh Israel.
Kementerian Luar Negeri Israel mengumumkan di X bahwa mereka telah mengusir total 171 aktivis dari kapal-kapal flotilla, yang dicegat minggu lalu saat mencoba membawa bantuan ke Gaza yang diblokade. Ini menjadikan total aktivis yang dideportasi sejauh ini menjadi 341 orang.
Menurut laporan kantor berita AFP, Kementerian Luar Negeri Yunani mengonfirmasi 161 aktivis yang diusir —termasuk 27 warga Yunani dan 134 warga negara dari 15 negara lain— tiba dengan penerbangan ke Athena pada Senin (6/10).
“Biarkan saya menjelaskan dengan sangat jelas. Sedang terjadi genosida,” kata Thunberg kepada kerumunan orang di bandara Athena, merujuk pada aksi militer Israel di Gaza.
“Sistem internasional kita mengkhianati warga Palestina. Mereka bahkan tidak mampu mencegah kejahatan perang terburuk terjadi,” kata Thunberg, dalam komentar yang disiarkan oleh AFP.
“Apa yang kami tuju dengan Global Sumud Flotilla adalah untuk bertindak ketika pemerintah kami gagal melakukan kewajiban hukum mereka,” tambahnya.
Perempuan berusia 22 tahun itu diduga dianiaya oleh pasukan Israel saat dalam penahanan. Jurnalis Turki dan peserta Flotilla Sumud, Ersin Celik, sebelumnya mengatakan kepada media lokal bagaimana Thunberg "diseret di tanah" dan "dipaksa untuk mencium bendera Israel".
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Slovakia mengonfirmasi sepuluh orang yang dideportasi telah tiba di sana, termasuk satu warga negaranya dan sembilan orang lainnya dari Belanda, Kanada, dan Amerika Serikat.
Kedatangan Para Aktivis Disambut Teriakan "Hidup Flotilla!"
Kerumunan demonstran menyambut para aktivis, membentangkan bendera Palestina besar di aula kedatangan dan meneriakkan: "Kemerdekaan untuk Palestina" dan "Hidup flotilla!"
Di antara mereka yang tiba di Athena, Rima Hassan, seorang anggota Parlemen Eropa Prancis-Palestina, melaporkan ia terkena pukulan oleh polisi Israel setelah armada tersebut dicegat.
"Saya dipukuli oleh dua petugas polisi ketika mereka memasukkan saya ke dalam van," kata Hassan kepada AFP.
Hassan mengatakan dia dan tahanan lainnya ditahan dalam kelompok hingga 15 orang per sel di penjara Israel dengan keamanan tinggi.
Flotilla itu berangkat dari Barcelona di Spanyol pada awal September dan dicegat oleh angkatan laut Israel di perairan internasional saat mendekati Gaza.
Polisi Israel mengatakan lebih dari 470 orang di atas kapal flotilla ditangkap. Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan kepada AFP bahwa 138 peserta flotilla masih ditahan di Israel.