Teknologi Tepat Guna (TTG) serai wangi merupakan inovasi andalan Desa Payakabung, Kecamatan Indralaya Utara, Ogan Ilir Sumatera Selatan. Berkat pengolahan TTG serai wangi ini, Desa Payakabung dapat mengolah tanaman serai wangi dari hulu sampai hilir.
Joni Hermantoro selaku inovator TTG serai wangi menjelaskan, pengolahan TTG serai wangi dilakukan dengan cara destilasi atau proses penyulingan. “Proses penyulingan ini menghasilkan dua produk, yaitu air destilasi dan minyak atsiri serai wangi,” ujarnya.
Air destilasi dapat dimanfaatkan untuk membuat sabun. Mulai dari sabun kesehatan, kecantikan, dan sabun cuci piring. Sedangkan minyak atsiri dapat diolah lagi menjadi minyak lulur, pengharum ruangan, dan obat nyamuk.
Proses penyulingan juga tidak meninggalkan residu sama sekali. Sebab, limbah pengolahan serai wangi dapat diolah menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Menurut Joni yang juga menjabat Ketua Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (Posyantek) Desa Payakabung, limbah cair dapat menjadi pupuk cair dan bahan bioaktivator. Sedangkan limbah padat, dapat menjadi bahan pupuk organik.
Kegiatan produksi serai wangi di Desa Payakubung dimulai sejak awal 2019. Ide tercetus setelah Joni berdiskusi dengan seorang teman dari Malang, Jawa Timur. Dari percakapan itu ia terpikir untuk meningkatkan penghasilan dengan memanfaatkan serang wangi yang banyak tersedia di pekarangan masyarakat. “Lalu muncul ide membudidayakan serai wangi,” katanya.
BumDes Mandiri Desa Payakabung memainkan peran yang penting dalam kegiatan budidaya serai wangi. BumDes memberikan modal awal dari Dana Desa sebesar Rp 86,8 juta pada pertengahan 2018. Tidak hanya itu, BumDes juga memberi modal bibit, pupuk, dan alat penyulingan secara berkala. Setelah itu, seluruh kegiatan TTG serai wangi dikelola oleh Posyantek Desa Payakabung.
Warga maupun pemerintah desa merasakan berbagai manfaat dari TTG serai wangi ini. Joni mengungkapkan, untuk satu kali panen penghasilan yang didapat pemanen mencapai Rp 3 juta.
Hal tersebut dibenarkan oleh Surnadi, petani sekaligus penyuling serai wangi. Ia memutuskan untuk meninggalkan profesi sebelumnya sebagai tukang sayur. Sebab menanam dan mengolah serai wangi lebih menguntungkan. “Saya mendapat pemasukkan Rp 5 juta per 10 ton dan upah Rp 50 ribu per sekali menyuling,” katanya.
Pelaksanaan TTG serai wangi turut berkontribusi menambah lapangan pekerjaan. Hingga saat ini sudah ada 2 orang yang bekerja untuk proses destilasi, 4 orang pemanen, dan 5 orang yang bekerja membuat produk turunan. Selain itu, industri rumahan gerabah di Desa Payakabung turut memanfaatkan minyak atsiri serai wangi sebagai bahan untuk pembuatan gerabah.
Mengingat perannya dalam meningkatkan perekonomian dan membuka lapangan kerja, Kepala Desa Payakabung Faula Rosi berharap agar masyarakat dapat melahirkan beragam inovasi lainnya. “Saya berharap adanya bantuan pemerintah daerah, sehingga dapat mempermudah pengelolaan TTG serai wangi,” katanya.
Menurut Faula, pemerintah memainkan peran penting dalam melakukan intervensi pemasaran produk dan aturan yang mengakomodir kebutuhan Desa Payakabung agar menjadi mandiri. “Tidak hanya itu, diharapkan serai wangi beserta produk-produknya dapat menjadi komoditas unggulan di kabupaten Ogan Ilir,” tuturnya.
Bupati Ogan Ilir Ilyas Panji Alam, juga melihat TTG serai wangi sebagai peluang masyarakat untuk berkembang dan mendapatkan pendapatan lebih. “Ini merupakan tugas pemerintah desa untuk tetap mendukung budidaya dan pengolahan serai wangi, karena diharapkan dapat membuat masyarakat lebih mandiri,” ujarnya.
Replikasi Inovasi: Semerbak Nilai Ekonomi Serai Wangi