Luhut Ikut Monitor Perkembangan Kerusuhan di Papua Barat

ANTARA FOTO/Toyiban
Massa membakar ban saat kerusuhan di pintu masuk Jl. Trikora Wosi Manokwari, Senin (19/8/2019). Aksi ini merupakan buntut dari kemarahan mereka atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang. Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan terus memonitor rusuh Papua Barat.
19/8/2019, 12.46 WIB

Menteri Koordinator Bidang kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan sedang memantau kondisi Manokwari. Pasalnya saat ini dirinya belum mengetahui kondisi detail dan terkini dari ibu kota Papua Barat tersebut.

Lalu lintas di Kota Manokwari hari Senin (19/8) lumpuh karena massa memblokade sejumlah jalan utama. Aksi ini ditengarai merupakan kemarahan warga atas kekerasan yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya, Malang, hingga Semarang jelang akhir pekan lalu.

"Saya belum tahu, masih akan monitor keadaan di sana," kata Luhut di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta, Senin (19/8).

(Baca: Polri Masih Melakukan Negosiasi dan Pengamanan Kerusuhan Papua Barat)

Jalan Yos Sudarso yang merupakan jalan utama Manokwari saat ini diblokade warga. Selain itu aksi massa juga terjadi di Jl. Trikora Wosi serta Jl. Merdeka Manokwari. Aparat kepolisian serta Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat ini berjaga di setiap titik.

“Tidak hanya blokade jalan, warga juga menebang pohon dan membakar ban,” demikian dilaporkan Antara, Senin (19/8).

Seorang warga Jl. Sanggeng bernama Simon mengatakan aksi terjadi karena kekecewaan warga terhadap insiden pengepungan asrama mahasiswa Papua di Jawa Timur. Makanya ia berharap pemerintah menyelesaikan masalah mahasiswa ini.

“Agar mereka dapat berkuliah dengan baik,” demikian kutipan dari Antara.

Aksi ini awalnya dilakukan organisasi masyarakat yang mengepung asrama mahasiswa Papua di Jl. Kalasan, Surabaya. Massa dari berbagai ormas meminta mahasiswa mengibarkan bendera Merah Putih, namun hingga tanggal 16 Agustus tidak ada pengibaran bendera.

Massa lalu menggeruduk Jl. Kalasan untuk mengepung serta mengusir mahasiswa. Aksi pelemparan batu bahkan sempat terjadi di antara dua pihak dan baru berhenti ketika aparat menengahi pada malam harinya.