Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pesimistis target pengeboran sumur eksplorasi tahun ini dapat tercapai. Penyebabnya, realisasi eksplorasi sampai saat ini masih sangat rendah.
Kepala Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas Ngatijan mengatakan, target pengeboran sumur eksplorasi tahun ini sebanyak 151 sumur. Kenyataannya, sejak Januari hingga awal Mei ini, baru ada pengeboran 16 sumur eksplorasi. (Baca: Setahun Terakhir, Pemerintah Gagal Gaet Investor Garap Blok Migas)
Ngatijan pun memperkirakan, sumur yang berhasil dibor hingga akhir 2016 hanya 50 sumur. Alasannya, beberapa kontraktor yang akan memulai pengeboran seperti Talisman, Santos, Kris Energy, Petronas, Saka Energy, Pertamina, dan Dart Energy. "Target tidak mungkin tercapai," kata dia di Jakarta, Rabu (18/5).
Sebanyak 16 sumur eksplorasi yang sudah dilakukan pengeboran itu terdiri dari 11 sumur wilayah kerja konvensional dan lima sumur di wilayah kerja nonkonvensional. Sementara itu, dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan yang sudah disetujui, SKK Migas menargetkan kegiatan pengeboran sumur eksplorasi mencapai 151 sumur. Jumlah itu terdiri dari 60 sumur di wilayah kerja konvensional dan 91 di wilayah nonkonvensional.
Kegiatan eksplorasi memang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Mengacu data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi pengeboran sumur eksplorasi pada 2011 mencapai 107. Tapi, tahun lalu hanya 52 sumur eksplorasi yang berhasil dibor. Dalam periode tersebut, tingkat keberhasilan penemuan cadangan migas terus menyusut dari 32 persen menjadi 29 persen.
Menurut Ngatijan, salah satu penyebab rendahnya eksplorasi adalah harga minyak yang masih rendah. Harga minyak yang murah membuat kas perusahaan migas pun terganggu. Hal inilah yang memberatkan kontraktor melakukan pengeboran meskipun biaya operasional penunjang migas relatif turun. (Baca: Harga Minyak Dekati US$ 50, Industri Hulu Migas Bisa Bergairah)
Penemuan sumber migas baru di dalam negeri yang menurun membuat cadangan sumber daya alam tersebut terus menyusut. Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan cadangan minyak dalam negeri selama kuartal I tahun ini hanya 7.018 juta tangki barel (MMSTB). Angka ini lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 7.305 MMSTB.
Tidak hanya minyak, cadangan gas juga melorot. Pada kuartal I-2015, cadangan gas tercatat sebesar 151 triliun standar kaki kubik (TSCF). Namun, pada kuartal I-2016, cadangannya hanya tinggal 148 TSCF. (Baca: Eksplorasi Minim, Cadangan Minyak Turun Hampir Empat Persen)
Di sisi lain, di tengah harga minyak yang rendah, produksi minyak masih bisa di atas target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) yang sudah disetujui SKK Migas. Hingga 14 Mei lalu, produksi minyak mencapai 831.700 barel per hari (bph). Padahal, target RKAP hanya 827 ribu bph. Sementara produksi gas sebanyak 8.011 juta kaki kubik (mmscfd), yang di atas target sebesar 7.825 mmscfd.
Sementara realisasi produksi siap jual atau lifting minyak untuk periode yang sama tidak mencapai target yang sudah ditentukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Dalam APBN 2016, target lifting minyak sebesar 830 ribu bph, sementara realisasi hanya 781.100 bph. Tapi realisasi lifting gas berhasil melewati target. Sampai 14 Mei lalu, realisasi lifting gas sebesar 6.684 mmscfd dari target 6.470 mmscfd.