KATADATA ? DBS Group Holdings Ltd memutuskan untuk memperpanjang batas akhir perjanjian pembelian saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk dari 2 April hingga 2 Juni 2013. Bank asal Singapura ini tetap mengajukan minat untuk mengakuisisi Bank Danamon kendati harus menunggu lebih dari setahun.
Minat tinggi DBS terhadap Danamon, kendati harus menunggu kepastian dari Bank Indonesia, menunjukkan perbankan Indonesia sangat menarik bagi investor atau pelaku industri perbankan dari mancanegara. Tidak hanya Danamon, sejumlah bank lokal lainnya juga diminati oleh investor, seperti Bank Ina Perdana, Bank Mestika Dharma, dan Bank Maspion.
Ada sejumlah alasan mengapa bank-bank di Indonesia menarik bagi investor asing.
Pertama, perbankan Indonesia merupakan bank-bank yang paling menguntungkan di dunia. Itu terlihat dari tingkat pengembalian atas ekuitas atau return on equity (ROE). PT Bank Rakyat Indonesia yang mampu meraih tingkat pengembalian atas ekuitas sebesar 34 persen pada 2012 merupakan bank dengan ROE tertinggi.
Ini bahkan berbeda dengan bank-bank dari negara maju, seperti Deutsche Bank AG, Barclays Plc dan UBS AG yang justru menurunkan target ROE karena harus mengurangi aktiva tertimbang menurut risiko untuk memenuhi persyaratan permodalan yang tinggi.
ROE Perbankan Indonesia versus Perbankan Negara Lain
Menurut catatan McKinsey & Co pada laporan Oktober tahun lalu, tingkat pengembalian modal perbankan global telah merosot menjadi 7,6 persen pada 2011 dibandingkan 8,4 persen pada tahun sebelumnya. Bank-bank asal Amerika Serikat, rata-rata mampu meraih ROE sebesar 7 persen, sedangkan bank-bank dari Eropa hanya mampu mencapai 5 persen ROE.
Bila mengacu pada data Bloomberg, rata-rata marjin bunga bersih bank-bank besar di Indonesia juga tergolong tinggi, yakni mencapai 7 persen. Ini merupakan yang tertinggi bila di antara 20 negara dengan volume perekonomian terbesar di dunia.
ROE dan Pertumbuhan Aset Bank-Bank di Indonesia
Kedua, selain merupakan bank paling menguntungkan, potensi pasar di Indonesia masih cukup besar karena tingkat penetrasi tergolong kecil bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Menurut data Bank Dunia, total pinjaman yang disalurkan oleh perbankan hanya mencapai 28 persen dari total populasi Indonesia atau mencakup 67 juta orang.
Bila dibandingkan dengan produk domestik bruto, rasio pinjaman terhadap PDB masih sekitar 30 persen. Ini adalah rasio pinjaman terendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia. Rasio pinjaman di Singapura dan Malaysia, masing-masing mencapai 150 persen dan 125 persen.
Ketiga, Indonesia memiliki keunggulan dari sisi populasi yang tinggi mencapai 240 juta jiwa, serta kondisi demografi yang didominasi kelompok produktif, serta pertumbuhan kelas menengah yang sangat tinggi. Sepanjang 2010 - 2020, diperkirakan lebih dari 50 persen penduduk Indonesia berusia di bawah 29 tahun dan lebih dari 60 persen berusia di bawah 39 tahun. Sedangkan, kelas menengah Indonesia tumbuh sekitar 7 juta per tahun atau melonjak dari 80 juta pada 2003 menjadi 132 juta pada 2010.
Keempat, Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di dunia. Bahkan, dalam delapan tahun terakhir, perekonomian Indonesia rata-rata tumbuh sekitar 6-1-6,2 persen, salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Bahkan, menurut catatan the Economist, Indonesia merupakan negara paling stabil pertumbuhan ekonominya dalam 20 kuartal terakhir.
Kelima, lembaga pemeringkat utang telah menaikkan rating Indonesia ke level layak investasi. Moody's dan Fitch Ratings telah meningkatkan peringkat utang Indonesia ke posisi layak investasi sejak akhir tahun 2012. Namun, ada kekhawatiran, ketidakpastian sikap pemerintah dalam menentukan kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi berpotensi menurunkan peringkat utang tersebut kembali.
Keenam, Indonesia merupakan salah satu calon negara dengan kekuatan ekonomi besar. Menurut data World Economic Forum, volume PDB Indonesia meningkat dari posisi 18 terbesar di dunia pada 2010 menjadi 16 terbesar pada 2011. Berbagai lembaga riset terkemuka dunia memperkirakan Indonesia akan menempati ranking ketujuh sebagai kekuatan ekonomi terbesar pada 2030.
Indonesia Berpotensi Menjadi Peringkat Ketujuh Kekuatan Ekonomi Dunia 2030