Virus corona Covid-19 disinyalir telah bermutasi menjadi 33 jenis dan memiliki karakteristik berbeda di setiap penjuru dunia. Bahkan jenis virus dapat mereplikasi diri lebih banyak dan lebih cepat ketimbang varian lainnya.
Hal ini merupakan hasil penelitian dari Prof Li Lanjuan beserta timnya dari Universitas Zhejiang, Tiongkok. Li juga mengatakan beberapa mutasi virus dapat dikatakan langka dan lebih mematikan.
"Sars-CoV-2 telah bermutasi dan mampu mengubah patogen secara substansial," ujar Li dalam penelitian yang dikutip dari South China Morning Post, Rabu (22/4).
(Baca: Positif Corona di RI 7.418 Orang, Lebih dari 900 Pasien Telah Sembuh)
Li menganalisis virus yang diisolasi dari 11 pasien Covid-19 di Hangzhou. Para peneliti lalu menguji seberapa cepat virus yang menginfeksi dan membunuh sel pasien.
Ia dan timnya menggunakan metode ultra-deep sequencing untuk membaca perubahan genome virus. Ini memungkinkan para peneliti melihat perubahan struktur genetika virus lebih baik ketimbang metode yang ada sebelumnya.
Hasilnya, ada lebih dari 30 mutasi virus berhasil diidentifikasi. Dari temuan tersebut, 19 merupakan jenis yang baru. Beberapa yang paling mematikan memiliki jenis serupa dengan pasien di Eropa. Sedangkan varian yang lebih lemah berada pada klaster sama dengan Amerika Serikat.
Li menjelaskan beberapa mutasi mengubah fungsi protein dan meningkatkan infeksi dari virus. Tim tersebut juga sempat menguji infeksi dari virus yang bermutasi pada sel berbeda. Dari uji coba, jenis yang paling agresif yakni ZJU-2 mampu menghasilkan viral load 270 lebih banyak dari yang paling lemah.
"Ini menunjukkan bahwa keragaman dari virus sebagian besar masih kurang disadari," tulis mereka.
Mereka berharap temuan terbaru ini dapat menjelaskan perbedaan mortalitas akibat Covid-19 di setiap wilayah dunia. Li dan timnya juga menyarankan adanya definisi mutasi tiap daerah agar penanganannya lebih tepat.
“Pengembangan obat dan vaksin meski mendesak, harus memperhitungkan mutasi ini,” kata tim tersebut.
Li sendiri sebenarnya bukan orang baru dalam penelitian virus corona. Dirinya bersama Prof Zhong Nanshan merupakan anggota tim ahli yang memberikan saran ke Pemerintah Tiongkok agar lockdown Wuhan dilakukan demi mencegah penyebaran corona.
(Baca: Sampai Kapan Mudik Dilarang? Ini Panduan WHO untuk Membuka Karantina)