EDISI KHUSUS | Semarak Ramadan 1442 H

Masjid Kauman Yogya, Megah dan Sarat Kisah Sejarah

ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc.
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
Editor: Ekarina
24/4/2021, 21.28 WIB

Yogyakarta dikenal sebagai Kota Budaya. Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, salah satu bangunan masjid yang terkenal di kota itu. Tak hanya memiliki bangunan yang megah dan sarat unsur budaya, bangunan ini juga menyimpan kisah sejarah perkembangan Islam Tanah Air.

Setidaknya ada tiga peristiwa penting yang terjadi di Masjid Gedhe Kauman. Diawali peristiwa saat KH Ahmad Dahlan didaulat sebagai ulama keraton dan berhasil menentukan arah kiblat dengan selisih kemiringan 23 derajat.

Peristiwa kedua terjadi pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa ketiga terjadi setelah kemerdekaan, yaitu ketika menjadi sarana perjuangan dalam membubarkan Partai Komunis Indonesia.

Masjid Gedhe Kauman berada di kawasan keraton Yogyakarta, dan berdekatan dengan alun-alun utara merupakan pusat syiar di keraton Yogyakarta sekaligus salah satu masjid tertua di Indonesia.

Didirikan pada 29 Mei 1773, masjid ini dibangun atas persetujuan Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan Kiai Fakih Ibrahim Diponingrat, yang merupakan penghulu keraton pertama. Rancang bangunan masjid yang dikerjakan Kiai Wiryokusumo yang hingga kini masih terjaga kesasliannya.

Arsitektur banguan masjid berbentuk tajuk persegi tertutup dengan atap bertumpang tiga atau yang disebut tajuk lambing teplok. Pada bagian di masjid ini ada yang disebut Al Mahkamah Al Kabiro, nama diberikan untuk serambi yang digunakan untuk menampung jamaah.

Bangunan itu terdiri dari dua lantai, lantai atas serambi disangga oleh 24 tiang dan lantai bawah 32 tiang. Tiang tersebut tetap berdiri kokoh meski telah berusia 400-500 tahun.

Masjid Gedhe Kauman dibangun di atas tanah seluas 16.000 meter persegi. Di samping bangunan utama, Masjid Gedhe Kauman juga mempunyai bangunan lain dengan fungsinya masing – masing. Bangunan pertama berupa 2 buah pagoan, yang terletak di sebelah utara dan selatan.

Selain itu ada juga 2 pajagan atau tempat berjaga dan pengulon sebagai tempat tinggal para ulama, imam dan juga makam. Ada juga tempat yang digunakan sebagai kantor sekretariat, tempat dewan takmir dan Kantor Urusan Agama (KUA).

Pada bulan Ramadan, masjid ini kerap menyediakan takjil untuk hidangan berbuka yang khas, yakni gulai kambing. Menu ini hanya dibagikan setiap Kamis di bulan ramadan. Konon menu gulai kambing sudah menjadi tradisi sejak masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII sebagai bagian dalam syiar Islam.

Pada masa pandemi seperti sekarang ini, takjil gulai kambing tidak lagi dibagikan di masjid sambil menunggu adzan magrib. Melainkan sudah disiapkan dan dibagikan dalam bentuk bungkusan untuk dinikmati warga sekitar di rumah masing-masing.