JAPFA Gelar Kompetisi Jurnalistik untuk Cegah Stunting

JAPFA
Direktur Corporate Affairs JAPFA Rachmat Indrajaya (dua dari kanan) memberi keterangan saat konferensi pers Apresiasi Karya Jurnalistik JAPFA (AKJJ), Selasa (14/6).
Penulis: Shabrina Paramacitra - Tim Publikasi Katadata
15/6/2022, 10.55 WIB

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) menyelenggarakan Apresiasi Karya Jurnalistik JAPFA (AKJJ). Kegiatan tersebut merupakan bentuk penghargaan bagi para jurnalis di Indonesia. AKJJ perdana ini mengusung tema Penuhi Asupan Protein Hewani, Sambut Generasi Bebas Stunting. Tema ini sesuai dengan identitas perseroan sebagai penyedia protein hewani.

Direktur Corporate Affairs JAPFA Rachmat Indrajaya menyampaikan, selama lebih dari 50 tahun perseroan beroperasi, media telah menjadi salah satu mitra penting.

“Penyelenggaraan AKJJ tahun 2022 ini merupakan salah satu bentuk apresiasi kami kepada rekan-rekan jurnalis yang selama ini turut membantu menginformasikan dan menyajikan pemberitaan terkait kegiatan perusahaan,” kata Rachmat saat peluncuran AKJJ Tahun 2022 di Hotel Atlet Century, Jakarta, Selasa (14/6).

Dalam menjalankan usaha, ujar Rachmat, JAPFA berkomitmen untuk tidak hanya fokus pada aspek ekonomi (profit) saja, melainkan juga pada aspek sosial (people) dan lingkungan (planet). Salah satu kegiatan sosial perseroan difokuskan dalam upaya pencegahan stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat dari kekurangan gizi kronis.

“Kegiatan AKJJ ini juga merupakan wujud komitmen kami dalam mendukung pencegahan stunting melalui upaya edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya gizi seimbang dan protein hewani kepada masyarakat melalui peran penting media,” jelas Rachmat. Di luar itu, imbuhnya, JAPFA juga menggelar kegiatan lain, yakni JAPFA for Kids dan Posyandu Berdaya untuk menekan angka stunting.

Sandra Fikawati, ahli gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menyambut baik upaya JAPFA dalam menyosialisasikan pentingnya anak mengonsumsi protein hewani. Menurutnya, isu stunting tidak hanya menjadi tugas pemerintah semata.

“Keberadaan sektor swasta termasuk JAPFA diharapkan dapat turut aktif mempromosikan konsumsi gizi seimbang melalui peningkatan konsumsi protein hewani demi mencegah terjadinya stunting,” ujar Fika.

Ia memaparkan, protein merupakan salah satu zat gizi makro selain karbohidrat dan lemak. Karbohidrat dan lemak berfungsi sebagai sumber energi. Sementara protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh.

Tidak ada zat gizi lain yang dapat menggantikan peran protein dalam membantu pertumbuhan, serta proses regenerasi sel tubuh manusia. Sayangnya, belum banyak masyarakat yang memahami bahwa pemilihan jenis protein dalam konsumsi harian sangatlah penting.

Tubuh manusia membutuhkan 20 jenis asam amino, sementara 9 di antaranya adalah asam amino esensial yang harus didapatkan dari makanan. Makanan yang mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan lebih banyak adalah protein hewani. “Kekurangan protein hewani dapat menyebabkan permasalahan gizi yang serius, salah satunya stunting,” tutur Fika.

Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2017, total konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah, yakni 8 persen. Angka tersebut berbeda secara signifikan dibanding negara-negara Asia lainnya, seperti Malaysia dan Thailand. Tingkat konsumsi protein hewani di masing-masing negara tersebut mencapai 30 persen dan 24 persen.

Berselang lima tahun kemudian, penelitian terbaru menyebutkan bahwa jumlah konsumsi protein hewani di Indonesia mulai naik. Tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia mencapai 30 persen. Namun, jumlah tersebut lagi-lagi masih kalah jauh dibandingkan tingkat konsumsi protein hewani di negara lainnya, sebut saja Malaysia, yang mencapai 50 persen.

Hal ini menimbulkan kesadaran konsumsi protein hewani di Indonesia yang masih sangat kurang. Kementerian Kesehatan pun belum lama ini menyerukan kampanye untuk meningkatkan konsumsi protein hewani demi mencegah stunting. Di sinilah peranan media diperlukan, agar pesan ini dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.

Akhmad Munir, Direktur Pemberitaan LKBN Antara yang juga menjadi juri AKJJ, mengungkapkan, media sangat berperan dalam penyebaran informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya konsumsi protein hewani.

“Sebagai ujung tombak komunikasi ke masyarakat secara luas, penting bagi rekan-rekan media mengutamakan kualitas pemberitaan dengan pemahaman dan riset yang mendalam. Kegiatan kompetisi menulis untuk jurnalis dapat menjadi ajang bagi para jurnalis mengerahkan kemampuan menulisnya berdasarkan pada fakta dan kebenaran informasi,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Beawiharta, pewarta foto cum visual storyteller menjelaskan, kekuatan visual yang tertangkap kamera, kemudian diterjemahkan menjadi sebuah gambar utuh, dapat menjadi medium edukasi stunting yang kuat.

“Saya mengajak rekan-rekan fotografer jurnalis ikut menyoroti gentingnya situasi stunting di Indonesia lewat karya foto. Kemudian, bagaimana cara mengatasinya lewat asupan yang mengandung protein hewani,” pesan dia yang juga menjadi juri AKJJ.

Pendaftaran ajang AKJJ dapat diikuti oleh semua jurnalis, sejak 14 Juni hingga 10 September 2022. Terdapat tiga kategori perlombaan, yakni Karya Jurnalistik Cetak, Karya Jurnalistik Online, serta Karya Jurnalistik Foto. Total hadiah bagi pemenang mencapai lebih dari Rp 100 juta. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh di situs resmi JAPFA maupun akun Instagram JAPFA di @japfa.id.