Debat pertama calon presiden telah digelar pada Selasa (12/12). Tiga capres yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo beradu gagasan soal hukum, hak asasi manusia, demokrasi, hingga pemberantasan korupsi.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Kunto Adi Wibowo menyebut sosok Anies Baswedan sebagai peserta debat yang mendapat respons positif dan keuntungan dari sesi debat pertama.
"Secara umum terlihat Anies mendominasi perbincangan di media sosial, terutama Twitter. Kelihatan sentimen positif lebih besar kepada Anies," ujar Kunto saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Rabu (13/12).
Dia menyebut tema debat pertama kali ini membawa angin sejuk kepada Anies dan Ganjar. Alasannya, dialog mengenai polemik Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan HAM menjadi dua topik yang menyudutkan Prabowo.
"Sentimen negatif di media sosial besar ke Prabowo, dia sempat emosional. Begitu juga dengan Gibran yang menjadi komandan suporter Prabowo saat itu," kata Kunto.
Meski demikian, Kunto mengatakan pelaksanaan debat capres cawapres berdampak kecil terhadap peralihan pemilih maupun pendukung tiap-tiap paslon. Debat akan bermanfaat bagi para pemilih yang belum menentukan pilihan.
"Mereka bisa melihat dan mendengarkan gagasan dan kepribadian serta karakter dari masing-masing capres ketika berdebat," katanya.
Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro juga menduga debat belum berefek kuat pada elektabilitas tiga capres. Ini karena masing-masing capres sudah memiliki basis pemilih loyal dengan porsi hingga 80%.
Sesi debat semalam dinilai hanya memberikan pengaruh awal atau rujukan bagi golongan pemilih yang belum menentukan pilihannya. Kelompok ini biasanya berasal dari kalangan ekonomi menengah kritis yang masih ingin memantau perkembangan setiap capres.
"Efek debat sangat kecil kemungkinan akan mengakibatkan terjadi volatilitas dukungan pemilih terhadap para capres selama 60 hari ke depan," kata Bawono lewat pesan singkat WhatsApp pada Rabu (13/12).
Merujuk pada hasil sigi Indikator yang dirilis pada awal Desember lalu, stabilitas dukungan tiga pasangan capres dan cawapres cenderung solid. Basis pendukung kuat pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berada di 78,1% dari total basis pemilih. Di sisi lain, hanya ada 3,1% pendukung yang sangat besar kemungkinannya untuk mengubah pilihan.
Hal serupa juga ditemui di pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Pasangan nomor urut 2 ini memiliki basis pendukung kuat hingga 81,4%. Sementara hanya ada 2,8% pendukung yang mengaku punya kemungkinan sangat besar untuk mengubah pilihan.
Adapun pasangan Ganjar Pranono-Mahfud MD mengantongi suara basis pendukung kuat mencapai 78,9%. Kendati basis pendukung kuat mereka kalah dibandingkan pasangan nomor urut 2, Ganjar-Mahfud hanya punya 2,3% pendukung yang mengaku punya kemungkinan sangat besar untuk mengubah pilihan.
Lebih lanjut, survei ini juga mendapati masih ada masyarakat golongan undecided voters dengan persentase 6% dari jumlah total pemilih seluruh paslon. "Debat capres cawapres seperti itu akan berpengaruh sebatas kepada mereka saja," ujar Bawono.
Bawono menegaskan bahwa sebaran suara dari undecided voters nantinya tak akan terpusat pada satu paslon, melainkan terdistribusi kepada tiga paslon dengan persentase yang beragam.
"Itu logika sederhana, jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan juga tidak mungkin mengarah kepada satu pasangan calon saja," kata Bawono.