Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan kedatangan turis asing pada Asian Games 2018 sebanyak 170 ribu orang berpotensi mendatangkan devisa negara sebesar Rp 3 triliun.
“Acara ini adalah wisata olahraga, karena olahraga selalu dibarengi dengan wisata,” katanya di Jakarta, Senin (30/7).
Adapun menurutnya, dari gelaran Asian Games di Jakarta diprediksi menyumbang devisa Rp 2 triliun, sementara untuk perhelatan Asian Games di Palembang dapat berkontribusi Rp 1 triliun.
Namun, dia meminta pemerintah dan pelaku usaha juga memperhatikan dampak tidak langsung dari acara Asian Games 2018 yang juga berpotensi menghasilkan pemasukan. “Indirect impact-nya bisa mencapai tiga kali lipat,” ujar Arief.
(Baca : Peretail Incar Omzet Rp 120 Triliun dari Program Hari Belanja)
Dia menyebutkan dampak tak langsung itu antara lain berasal dari 60% penayangan televisi, 30% iklan dan merchandise olahraga, serta 10% dari tiket. Perhitungan ini diperoleh setidaknya berkaca dari perhelatan Piala Dunia 2014 di Brazil dan Asian Games 2014 di Korea Selatan.
Adapun jumlah wisatawan yang datang, terbanyak pertama kemungkinan adalah Tiongkok, diikuti Singapura, Malaysia, dan India. “Karena Australia tidak ikut Asian Games, posisinya akan digantikan Jepang,” katanya.
Karenanya, untuk menarik wisawatan agar terus berkunjung ke Indonesia, dia pun meminta pemerintah melakukan pelonggaran aturan Value Added Tax (VAT) refund. Pelaku usaha juga diminta untuk menyelaraskan dengan pemanfaatan teknologi dan media sosial agar dapat meraih pendapatan maksimal.
(Baca : Masih Dibayangi Pelemahan, Industri Retail Dipatok Tumbuh 6%)
Sementara itu, Ketua Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menjelaskan program Hari Belanja Diskon Indonesia 2018 di Jakarta dan Palembang yang digelar pada 8 Agustus 2018 hingga 2 September 2018 diharapkan bisa menjadi pemikat wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Program tersebut menawarkan diskon belanja hingga 73%.
Hippindo saat ini terdiri dari 200 perusahaan pengelola 500 merk lokal dan internasional dengan jaringan 50.000 outlet yang tersebar di Indonesia.
Selain itu, Budihardjo mengaku telah memanfaatkan media sosial untuk promosi. Namun, konsep gabungan untuk penggunaan teknologi online masih digodok dan baru akan dilakukan pada acara tahun depan.
“Target kami supaya masyarakat mau belanja di pusat perbelanjaan,” ujar Budihardjo.