Direktur Grup Lippo John Riady mengatakan perusahaan mendorong PT Visionet Internasional (OVO) untuk menjual saham perdana ke publik (initial public offering/IPO). Sebagai pengusaha, Jhon menilai unicorn kelima Tanah Air itu berada pada momen yang tepat untuk melantai di bursa saham.
“Saya selalu terbuka (untuk mendorong OVO untuk IPO). Saya seorang investor, jadi (OVO) pada penilaian yang tepat (untuk melakukannya), "ujar John seperti dikutip dari DealStreetAsia, Kamis (23/1).
Namun, keputusan IPO akan tergantung pada seberapa menarik penawaran yang diperoleh Lippo dari OVO. "Jika berdasarkan risiko, saya pikir ini saat yang tepat untuk IPO, maka saya akan melakukannya. Kami di sini untuk menciptakan nilai," kata John.
(Baca: Transaksi OVO Tembus 1 Miliar di 2019, Mayoritas Makanan & E-Commerce)
November lalu, pendiri Grup Lippo Mochtar Riady mengatakan perusahaannya menjual dua pertiga saham OVO. Sebab, perusahaannya tidak kuat jika harus memasok dana untuk strategi ‘bakar uang’.
"Bukan melepas, kami menjual sebagian,” kata Mochtar Riady di sela-sela acara Indonesia Digital Conference 2019, di Jakarta, Kamis (28/11). Ia memperkirakan, saham Lippo Group di OVO saat ini hanya 30%. “Dua pertiganya kami jual.”
(Baca juga: Tak Kuat ‘Bakar Uang’, Bos Lippo Akui Jual Dua Pertiga Saham OVO)
Ia mengatakan, Lippo Group sebagai pemegang saham utama OVO menjual dua pertiga kepemilikan saham karena tidak kuat memasok dana untuk ‘bakar uang’. Misalnya, dalam bentuk potongan harga atau diskon hingga uang kembali (cashback). "Alasannya, terus bakar uang bagaimana kami kuat," kata Mochtar.
Dari penjualan tersebut, Mochtar menyebutkan OVO mendapat US$ 50 juta per bulan. Namun, John mengklarifikasi bahwa perusahaan tidak menjual sahamnya di OVO tetapi kepemilikannya terdilusi karena perusahaan pembayaran itu 'terus mengumpulkan begitu banyak modal' alias bakar uang.