Pakar IT Ungkap 6 Sebab Penonton Video Pornografi Diincar Hacker

123RF.com/rawpixel
Ilustrasi keamanan internet
19/6/2020, 08.00 WIB

Penelitian perusahaan keamanan siber, Kaspersky menunjukkan, ada 42.973 penonton konten pornografi yang ponsel atau komputernya diretas sepanjang tahun lalu. Pakat informasi dan teknologi (IT) mengungkapkan, ada enam sebab penikmat video ini rentan diserang penjahat siber.

Pertama, peretas (hacker) biasanya menyematkan virus atau malware di situs web atau aplikasi ilegal. Kebanyakan video yang memuat pornografi diakses di platform tidak resmi.

Itu karena aplikasi atau platform resmi rutin dipantau oleh pengembang. Oleh karena itu, mayoritas hacker mengincar situs web atau aplikasi ilegal.

“Video pornografi merupakan konten bajakan yang mudah disusupi malware, karena memang terlarang dan ilegal,” kata Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya kepada Katadata.co.id, Kamis (18/6).

Untuk menghindari kejahatan siber, ia mengimbau pengguna internet tidak mengunduh aplikasi di luar toko resmi seperti Google Play Store atau App Store. Lalu, mengunduh aplikasi antivirus, serta menghargai hak cipta intelektual.

(Baca: Empat Bahaya Akses Situs Streaming Film Ilegal IndoXXI hingga Lk21)

Kedua, umumnya pengguna internet yang mencoba untuk mengakses platform penyedia konten pornografi tidak memahami risiko kejahatan siber. Mereka biasanya mudah diarahkan ke berbagai situs web, yang kemungkinan memuat malware.

Ketiga, video pornografi yang ditonton pun bisa jadi mengandung malware atau virus. “Umumnya, warganet tertarik dengan berbagai tumbnail dan pop up iklan seronok, sehingga mengeklik,” ujar Peneliti keamanan siber dari Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha.

Keempat, ada juga yang mengakses konten pornografi melalui media sosial, seperti Twitter. Pengguna seperti ini biasanya memahami bahwa situs web atau aplikasi tertentu berisiko mengandung malware atau virus.

“Namun Twitter juga tidak sepenuhnya aman, karena pelaku pandai menyebarkan link berbahaya bersama konten pornografi,” katanya. (Baca: Hasil Investigasi Ungkap 86% Serangan Siber Terkait Pencurian Uang)

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur