Sudah Untung, Startup Perikanan eFishery Berpotensi Jadi Unicorn

instagram/@efishery
Ilustrasi, pembudidaya ikan yang menggunakan perangkat eFishery.
Penulis: Desy Setyowati
13/6/2022, 11.10 WIB

Startup perikanan eFishery mencatatkan pendapatan lebih dari US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,46 triliun tahun lalu. Perusahaan rintisan ini pun disebut-sebut berpeluang menjadi unicorn Indonesia berikutnya.

Unicorn merupakan sebutan bagi startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun. Sedangkan decacorn lebih dari US$ 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun.

Penghasilan eFishery juga melonjak 55 kali lipat dari US$ 185.400 pada 2018 menjadi US$ 10,1 juta. Sedangkan pendapatan startup perikanan ini pada 2021 naik 10 kali lipat dibandingkan 2019.

Jumlah mitra nelayan eFishery juga meningkat 10 kali lipat sejak 2020. Startup pendidikan ini mendukung sekitar 150 ribu kolam dan menggaet 30 ribu pembudidaya ikan di Indonesia.

Angka-angka itu diungkapkan oleh Managing Partner di Wavemaker Partners Paul Santos. Berdasarkan data-data tersebut, Tech In Asia menilai eFishery semakin dekat dengan status unicorn.

Selain itu, eFishery mengumpulkan pendanaan seri C US$ 90 juta pada Januari. Namun, VentureCap Insights  menilai bahwa valuasi startup ini lebih dari US$ 407 juta.

Santos menyampaikan, pertumbuhan bisnis eFishery membantu mereka mengembangkan bisnis perikanan dan terlindung dari dampak pandemi Covid-19.

“eFishery menjual pakan lebih murah, memberi mereka (nelayan) akses ke pinjaman, dan membantu mereka menjual hasil panen mereka,” kata Santos dikutip dari Tech In Asia, Senin (13/6).

eFishery memiliki tiga sumber pendapatan utama yakni:

  1. Perangkat pemberi pakan ikan atau eFishery Feeder yang dapat disewa mulai Rp 5.000 per hari. Perangkat ini memungkinkan petani memantau dan menjadwalkan pemberian makan melalui aplikasi smartphone. Alat ini juga mengumpulkan data tentang pola produksi pertanian dan perilaku ikan.
  2. eFishery Mall, marketplace yang menjual pakan ikan dan udang
  3. eFishery Fresh, platform untuk menjual ikan dan udang segar kepada pelanggan business to business (B2B) seperti restoran, pembeli ekspor, dan pedagang grosir

Startup tersebut berdiri pada 2013 di Bandung, Jawa Barat. Produk pertama eFishery yakni alat pemberi makan ikan otomatis.

Santo mengungkapkan, eFishery telah menguntungkan selama beberapa tahun terakhir. “Ini memiliki model bisnis yang solid yang memberikan ekonomi unit yang sehat dan arus kas yang positif.”

Pada Januari, eFishery mengatakan kepada Tech in Asia bahwa mereka telah untung pada tingkat operasi sejak 2020. Namun, “profitabilitas ini tidak datang dengan mengorbankan pertumbuhan topline,” kata startup itu.

Mereka juga optimistis masih ada lebih banyak ruang bagi eFishery untuk tumbuh di Indonesia. Sebab, Tanah Air merupakan produsen perikanan budidaya terbesar ketiga di dunia, setelah Cina dan India.

Sektor perikanan juga menyumbang 2,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Rinciannya sebagai berikut:

 

Pada akhir tahun ini, pemerintah berencana membangun jaringan desa dengan budidaya perikanan untuk membantu pemulihan ekonomi dan memenuhi permintaan makanan laut global.

Meskipun demikian, industri ini menghadapi beberapa tantangan, termasuk kurangnya akses permodalan, inefisiensi dalam produksi, dan masalah rantai pasokan.

Walaupun begitu, hambatan itu menjadi peluang bagi eFishery karena produknya secara khusus mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Selain itu, perusahaan menargetkan ekspansi ke 10 negara berbeda pada 2025. “Tidak ada tekanan untuk berekspansi secara internasional, tetapi kami percaya bahwa eFishery layak untuk dilihat jika dapat membantu nelayan di negara lain,” kata Santos.