Mirsa Sadikin tak langsung sukses saat mendirikan Biteship bersama Afra Sausan pada 2019. Pada awalnya, ia memutuskan untuk bootstrapping atau mengandalkan dana untuk membangun startup selain dari investor.
Biteship merupakan startup yang berfokus pada pengiriman barang dari berbagai macam kurir yang dihubungkan ke dalam satu platform. Startup ini dibangun untuk para pemilik bisnis mulai dari small business hingga level enterprise.
Saat menjalani bootstrap, Mirsa mengaku model bisnisnya tidak butuh pendanaan besar di awal. Bisnis yang ia jalani mengacu pada pengembangan software yang bisa dimulai dengan tools-tools gratis. Ia pun memiliki sejumlah tim yang bisa coding dan marketing.
“Awalnya kami tidak pake coding, hanya sesimple pake google form. Customer bisa milih pakai kurir a, b, c itu ada tampilannya sehingga prosesnya benar-benar manual, sehingga enggak butuh cost yang besar,” kata Mirsa dalam program di Impacttalk Vodcast, beberapa waktu lalu.
Menurut Mirsa, bisnis yang mendapatkan pendanaan dari awal harus bisa memastikan apakah uang dari investor dapat digunakan secara optimal. Apalah arti pendanaan yang besar tanpa perencanaan bisnis dan keuangan yang baik.
Meski demikian, Mirsa menyatakan bootstrap ada limitnya jika ingin bereksperimen. Ketika mendapat pendanaan namun eksperimen gagal, masih punya budget untuk melakukan yang lain. Namun ketika bootstrap dan eksperimen gagal, bisa jadi bisnisnya tidak berjalan sama sekali. Sehingga pendanaan bisa membantu.
CEO dan founder Biteship itu juga mengatakan, bisnisnya bisa berjalan dengan baik tanpa pendanaan yang akhirnya berada di tahap revenue yang cukup. Setelah berhasil mendapatkan profit tiap bulan, Mirsa mengajukan pendanaan untuk menjangkau pasar yang lebih luas, dan memberikan layanan yang lebih baik untuk para pelanggan.
Menurutnya, customer butuh pelayanan yang lebih baik lagi. Selain itu, banyak lagi kebutuhan yang tak bisa tercukupi tanpa adanya pendanaan. Misalnya, banyak komplain dari customer, banyak fitur yang diminta, dan pengembangan produk.
Pada Juni 2022, Biteship berhasil mendapatkan pendanaan awal atau seed funding yang bermitra dengan East Ventures dan Beenext. Pendanaan itu, di antaranya, untuk mengembangkan bisnis, mencari customer baru, dan menawarkan beberapa produk baru.
“Ketika kami mau fund raising, setidaknya sudah tau selain untuk operasional juga ingin bisnis grow,” kata Mirsa.
Membangun Biteship Berawal dari Pivot
Saat memutuskan untuk bootsrapping di Biteship, Mirsa belajar dari bisnis pertamanya. Biteship merupakan pivot dari layanan Noompang, aplikasi jasa nebeng.
Dalam dunia startup, pivot adalah melakukan sejumlah perubahan strategi untuk mengarahkan bisnis ke situasi yang menguntungkan. Saat membangun Noompang, Mirsa dan tim hanya fokus ke pendanaan dan menganggap tanpa investor bisnis tidak jalan.
Padahal, membangun bisnis tidak serta merta perlu dana pada awalnya. Namun ini juga tergantung dari sektor bisnis yang ingin dijalani.
Pada 2018, Mirsa membangun layanan rideshare Noompang dengan market awal Jakarta-Bandung. Masalah awal yang ia rasakan yakni saat bolak-balik Jakarta-Bandung lumayan memakan ongkos. Dari situ ia mencari solusi di mana kursi-kursi kosong di mobil-mobil bisa jadi “tebengan”.
Seiring berjalannya waktu di pertengahan 2019, bisnisnya tidak berjalan dengan baik karena marketnya sangat kecil. Ia pun sulit untuk menggaet investor yang mau funding. Secara finansial pun ia merasa kurang ketat dan tidak mengaturnya dengan baik.
Hingga pada akhirnya Mirsa dan tim mengeluarkan beberapa produk lainnya seperti shuttle, hingga pengiriman makanan. Menurutnya, banyak makanan enak di Bandung yang banyak menarik warga Jakarta. Dari situ muncul masalah berikutnya ketika proses pengiriman cukup kompleks.
“Problemnya, bagimana melakukan pengiriman barang itu sendiri, karena menggunakan tiga metode yang berbeda. Di Bandung harus ada yang beli makanan. Dari Bandung ke Jakarta harus ada yang mengirim. Sampai Jakarta harus ada kirim ke end customer,” kata Mirsa.
Dari situ, bisnisnya mulai melakukan pivot. Mirsa mulai menutup layanan ride sharingnya dan fokus ke pengiriman, sehingga terbentuklah Biteship. Ketika pivot, Mirsa fokus pada pendapatan yang harus lebih besar daripada pengeluaran. Sehingga bisa menghasilkan untung.
Sebagai CEO, Mirsa mengaku memiliki sejumlah tantangan ketika melakukan pivot. Ia mengaku sangat sulit untuk melepas bisnis sebelumnya. “Kadang-kadang itu yang membuat kita menjadi tertahan di suatu yang kurang profit. Itu justru yang seharusnya tidak boleh dibiasakan,” katanya.
Saat itu, ia merasa gagal membawa tim. Namun Mirsa tetap menjaga agar tim tetap solid, yang ketika itu berjumlah lima orang.
Membangun Biteship Tanpa Latar Belakang di Industri Logistik
Sebagai founder, Mirsa mengaku belum banyak mengetahui industri logistik. Pria lulusan teknik perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu juga tidak banyak pengalaman di sektor tersebut.
Namun ketika ia dan tim mulai terjun, Mirsa berusaha mencari tahu ke banyak orang. Ke orang-orang di bidang logistik belajar bagaimana proses bisnisnya, apa yang harus dilakukan, dan sebagainya.
Dia juga banyak mencari tahu tetek bengek industri logistik di internet, seperti Youtube. Pertemanannya pun meluas. “Jadi, ketika mau menjalani bisnis harus tau pengetahuan, bagaimana caranya untuk memulai. Tidak sembarang terjun,” katanya.