Antler yang berbasis di Singapura telah berinvestasi di 25 startup di Indonesia tahun lalu. Tahun ini, perusahaan modal ventura atau venture capital (VC) itu menargetkan 30 startup.
“Perusahaan-perusahaan portofolio kami berkembang lebih cepat berkat pendampingan, komunitas founders berskala global, penasihat, dan investor, serta kehadiran lokal kami di lebih dari 25 pasar tempat kami beroperasi,” kata Partner di Antler Indonesia Markus Bruderer dalam keterangan pers, Rabu (15/3).
Sebagai investor sektor-agnostik, portofolio Antler Indonesia terdiri dari perusahaan-perusahaan dari 16 industri berbeda, termasuk:
- Kesehatan CareNow dan Healthpro
- Pendidikan (edtech) Academix dan Eduku
- Direct-to-consumer (DTC) brands seperti BASE
- Teknologi finansial (fintech) seperti Brick
- Sustainability
- Software-as-a-Service (SaaS)
- Pemberdayaan UMKM
Antler mengumumkan peluncuran program residensi founder untuk startup Indonesia, yang akan diadakan di Jakarta pada Juni. Pendaftaran pun telah dibuka.
Selama program berlangsung, para pendiri startup akan memiliki akses ke komunitas yang terdiri dari pemimpin bisnis, operator berpengalaman, dan pengembang teknologi. Ini memungkinkan mereka untuk bertemu dengan calon co-founder yang tepat.
Sejak diluncurkan di Indonesia, Antler menerima lebih dari 4.000 pendaftar selama tahun pertama. Beberapa nama di ekosistem startup dan teknologi di Indonesia seperti CEO Blue Bird Indonesia Noni Purnomo, co-founder Sociolla Christopher Madiam, dan CEO Good Doctor Indonesia Danu Wicaksana menjadi mentor.
Direktur Program Antler Indonesia Kanta Nandana mengatakan, program intensif selama 10 minggu itu bertujuan membantu pendiri startup menemukan masalah yang paling berdampak dan memvalidasi model bisnis.
“Berkat pemahaman kami yang mendalam tentang Indonesia dan akses pasar regional, para pendiri dan perusahaan portofolio kami dapat mengakses ekosistem mentor, pendanaan, dan pasar yang sangat baik,” ujar dia.
Menurut Startup Ranking, Indonesia memiliki jumlah startup terbanyak di Asia Tenggara atau peringkat keenam secara global. Jumlahnya yakni 2.500 perusahaan per Februari.