Bos Lippo: Indonesia Bisa Pimpin Blok Ekonomi Digital Asia Tenggara

Grup Lippo
CEO Grup Lippo John Riady
Penulis: Desy Setyowati
7/6/2023, 11.39 WIB

Direktur Eksekutif Grup Lippo John Riady menilai Indonesia berpeluang memimpin blok ekonomi digital di Asia Tenggara. Sebab, investasi ke startup Tanah Air besar, sehingga dapat memainkan peran signifikan bagi perekonomian dunia.

Selain itu, Indonesia menguasai hampir separuh populasi Asia Tenggara. Tingkat pertumbuhan ekonomi juga stabil, sebagaimana terlihat pada Databoks di bawah ini:

Indonesia juga menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk 10 besar dalam hal startup terbanyak, yakni 2.502 per Maret berdasarkan data Startup Ranking.

Oleh karena itu, bos Grup Lippo itu menilai Indonesia bisa memimpin Asia Tenggara dalam memaksimalkan potensi ekonomi digital.

"Dalam satu dekade ke depan, Indonesia masih menikmati bonus demografi dengan pertumbuhan kelas menengah yang solid, pasar pengguna generasi milenial dan generasi Z yang adaptif terhadap teknologi," kata John dalam keterangan pers, akhir pekan lalu (4/6).

Faktor lain yang menjadikan Indonesia sebagai motor ekonomi digital yakni pembangunan infrastruktur fisik maupun penetrasi internet secara luas dan merata.

"Hal ini pun sangat disadari Bapak Presiden Jokowi, yang menghendaki Indonesia sebagai pemain utama ekonomi digital di Asia Tenggara," John Riady menambahkan.

John mengungkapkan Asia Tenggara secara regional saat ini dan ke depan memiliki peran signifikan bagi perekonomian dunia. “Tahun ini, tingkat pertumbuhan Asia Tenggara masih di atas rata-rata dunia. Diprediksi sekitar 4,7%," ujarnya.

Lalu, populasi Asia Tenggara diperkirakan 679,69 juta tahun ini atau hampir 9% dari total penduduk dunia. Mayoritas berusia produktif yang menunjang pertumbuhan dan konsumsi pasar.

John Riady memprediksi dalam sepuluh tahun ke depan, Asia Tenggara bisa menjadi motor pertumbuhan ketiga terbesar di dunia. "Tidak hanya tinggi, stabilitas kawasan pun terjaga. Hal ini yang menarik investasi dari luar," kata dia.

Namun pendanaan ke startup Indonesia turun 41% secara kuartalan alias quarter to quarter (qtq) dan 55% tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal I. Sementara itu, Thailand melonjak.

Berdasarkan laporan SE Asia Deal Review: Q1 2023, pendanaan ke startup di Asia Tenggara US$ 2,08 miliar selama Januari – Maret. Nilainya turun 25% qtq dan 52% yoy.

Rincian pendanaan ke startup per negara sebagai berikut:

  1. Singapura: 46% atau US$ 956,8 juta
  2. Thailand: 25,5% atau US$ 530,4 juta
  3. Indonesia: 20,8% atau US$ 432,64 juta, sekitar Rp 6,36 triliun (kurs Rp 14.711 per US$ pada 27 April)
  4. Vietnam: 4,6% atau US$ 95,68 juta
  5. Filipina: 2% atau US$ 41,6 juta
  6. Malaysia: 1,1% atau US$ 22,88 juta

Ini pertama kalinya investasi ke startup Thailand melampaui Indonesia, menurut data SE Asia Deal Review: Q1 2023.

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menilai pendanaan ke startup Thailand menyalip Indonesia karena besarnya investasi ke satu perusahaan rintisan yakni Line Man.

“Jadi ada satu startup pengantaran makanan yang mendapat investasi sekitar US$ 300 juta,” kata Willson dalam acara East Ventures Open Book & Halal Bihalal di Jakarta, Selasa (9/5).

Line Man mengumpulkan US$ 265 juta dari GIC Singapura, PTT Oil and Retail Business, Taiwan Mobile dan investor lainnya pada September 2022. Startup ini pun berencana melakukan pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO).

Reporter: Antara