Startup agregator merek Hypefast melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap 30% karyawan. Ini bertujuan mempertahankan profitabilitas.
CEO Hypefast Achmad Alkatiri mengatakan PHK dilakukan sebagai persiapan menghadapi potensi tantangan pada 2024. Tantangan yang dimaksud seperti:
- Kenaikan biaya penjualan karena kenaikan biaya merchant dari mitra
- Kenaikan biaya logistik yang tinggi
- Kondisi makro ekonomi
Achmad Alkatiri menjelaskan efisiensi bertujuan agar perusahaan tetap memperoleh keuntungan, mencapai arus kas bebas yang positif, dan menghasilkan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan.
Hypefast meraup untung sejak awal 2022. Alkatiri menyebutkan pendapatan bersih, startup Hypefast US$ 43 juta atau naik hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa karyawan yang terkena dampak PHK akan diberikan:
- Asuransi kesehatan bagi keluarga hingga akhir tahun
- Dukungan penempatan
- Waktu yang lebih fleksibel untuk pembayaran pajak Employee Stock Ownership Plan (ESOP)
Sebelumnya Hypefast memberikan pinjaman kepada karyawan untuk membeli tiket nonton konser Coldplay. Bunganya 0%.
Pada November 2021, Hypefast meraih pendanaan sebesar US$ 22 juta pada November 2021 dari Monk's Hill Ventures, Jungle Ventures, Strive, Amand Ventures, dan Arkblu Capital.
Hypefast didirikan pada Januari 2020. Startup ini berfokus membantu merek lokal dengan pendapatan melebihi Rp 500 juta untuk mengembangkan bisnis, terutama melalui saluran penjualan online.
Perusahaan juga menawarkan modal utang kepada pemilik brand.