Pendanaan Anjlok, OJK Ungkap Kondisi Investor Startup Dalam Negeri

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Warga mengamati aplikasi yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).
Penulis: Lenny Septiani
23/1/2024, 19.02 WIB

Investasi ke startup Indonesia anjlok 87% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$ 3,3 miliar menjadi hanya US$ 400 juta atau sekitar Rp 6,3 triliun selama Semester I 2023. Otoritas Jasa Keuangan atau OJK pun mengungkapkan kondisi investor startup dalam negeri.

Investor startup bisa berupa perusahaan swasta, bank, akselerator atau inkubator, perorangan maupun modal ventura. Dalam hal ini, OJK mengungkapkan data kinerja perusahaan modal ventura.

OJK mencatat outstanding penyaluran dana perusahaan modal ventura ke startup per November 2023 Rp 17,39 triliun. Angka ini turun dibandingkan periode yang sama 2022 Rp 18,01 triliun.

“Namun hanya tiga bulan terakhir pada 2023 yang pertumbuhannya negatif. Bulan lainnya positif,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman dalam konferensi pers Launching Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Modal Ventura 2024-2028 di Jakarta, Selasa (23/1).

“Kalau dicermati, penurunan selama tiga bulan terakhir itu karena faktor global yang kurang baik,” Agusman menambahkan.

Pendanaan dari perusahaan modal ventura diberikan kepada sekitar 2,28 juta startup dan UKM. Sebanyak 1,71 juta di antaranya berlokasi di Pulau Jawa, 573,07 ribu di luar Pulau Jawa, dan 44 di luar negeri. 

Lebih dari 98% dari startup dan UKM tersebut adalah debitur pembiayaan. Sekitar 1,88 juta di antaranya bergerak di sektor perdagangan, baik besar maupun eceran.

Google, Temasek, dan Bain and Company menyampaikan bahwa pendanaan ke startup Indonesia baik dari investor luar maupun dalam negeri, menurun pada Semester I 2023. Rinciannya sebagai berikut:

Investasi ke startup Indonesia pada Semester I 2023 (Katadata/Desy Setyowati, e-Conomy SEA 2023)

Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia atau Amvesindo Eddi Danusaputro menyampaikan, para investor menjadi lebih selektif dalam berinvestasi ke startup. Selain itu, pendapatan startup menurun akibat kondisi makro-ekonomi, lemahnya permintaan konsumen hingga suku bunga acuan tinggi.

Penurunan pendapatan mendorong para startup untuk memperpanjang runway dengan membelanjakan dana secara lebih efisien supaya dapat tumbuh berkesinambungan. Salah satu caranya dengan PHK.

Dalam konteks startuprunway mengacu pada berapa lama perusahaan dapat bertahan di pasar, jika pendapatan dan pengeluaran konstan atau sebelum kehabisan uang.

“Investor lokal akan terus mencari kesepakatan pendanaan, terutama startup tahap awal dan lanjutan. Investor berinvestasi di startup untuk jangka panjang, sekitar lima sampai delapan tahun,” kata Eddi kepada Katadata.co.id.

Hal senada disampaikan oleh Managing Partner Skystar Capital Abraham Hidayat. Ia memproyeksikan tren startup tutup dan PHK akan berlanjut. Namun investor tetap akan berinvestasi, terutama ke startup tahap awal.

“Kami optimistis dengan potensi kesuksesan startup yang didirikan pada periode ini. Pada masa-masa tersulit ini, kami akan melihat munculnya para pendiri startup yang paling menjanjikan,” kata Abraham dalam acara Panel Discussion Investment Outlook 2024 in Indonesia.

Abraham pun membagikan tiga sentimen yang dapat mendorong pendanaan startup, di antaranya:

1. Kebijakan suku bunga acuan Amerika

Kebijakan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika The Fed menjadi salah satu hal yang diperhatikan oleh investor. Ekonom CELIOS Nailul Huda sepakat bahwa hal ini dapat memengaruhi pendanaan ke startup.

Deputy Head Technology & Consumer Southeast Asia Temasek Fock Wai Hoong pernah menjelaskan, penurunan investasi ke startup salah satunya disebabkan oleh ketidakpastian kondisi makro ekonomi dan kenaikan suku bunga.

“Pasar publik dan saham teknologi belum kebal dari itu,” kata Fock Wai Hoong dalam acara Media deep dive discussion: e-Conomy SEA 2022 Report (Indonesia) by Google, Temasek, Bain & Company pada November (8/11).

2. Performa startup jumbo yang sudah IPO

Startup jumbo yang sudah mencatatkan saham perdana alias initial public offering (IPO) yakni GoTo Gojek Tokopedia, Grab, induk Shopee yakni Sea Ltd, Bukalapak hingga Blibli.

“Kalau kinerja bisnis listed unicorn membaik, seharusnya mengubah sentimen,” kata Abraham.

Hal senada pernah disampaikan oleh Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir. Ia mencatat, induk Shopee, Grab, dan GoTo Gojek Tokopedia memproyeksikan peningkatan ganda pendapatan pada 2024.

“Artinya, sekarang yang penting yakni pertumbuhan pendapatan,” kata Pandu dalam Bloomberg CEO Forum at Asean, pada September tahun lalu (6/9/2023).

3. Pendanaan jumbo ke startup

Pendanaan jumbo ke startup bisa menjadi sentimen positif bagi investor untuk berinvestasi.

Reporter: Lenny Septiani