Nilai investasi ke startup Indonesia anjlok 64% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$ 526 juta menjadi US$ 191 juta pada paruh pertama tahun ini, menurut laporan Tracxn bertajuk ‘Geo Semi-Annual Report: Indonesia Tech H1 2024’.
Rincian investasi ke startup Indonesia selama semester pertama 2024, sebagai berikut:
- Investasi tahap benih atau seed stage: anjlok 42% dari US$ 45 juta menjadi US$ 26 juta
- Pendanaan tahap awal atau early stage: turun 24% menjadi US$ 113 juta
- Investasi tahap lanjutan alias late stage: turun 85% menjadi US$ 52,2 juta
Startup teknologi finansial atau fintech, terutama asuransi alias insurtech dan aplikasi untuk business to business (BtB) merupakan sektor dengan kinerja terbaik pada semester pertama tahun ini.
Tidak ada satupun unicorn baru tahun lalu. Pada periode yang sama tahun lalu, hanya tercipta satu startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar.
Terdapat tiga perusahaan yang diakuisisi pada paruh pertama tahun ini, yakni DycodeX, Ayo! Pajak dan Lifepal. Jumlahnya menurunkan dibandingkan semester pertama 2023 sebanyak enam.
Selain itu, Topindoku menjadi satu-satunya perusahaan yang melakukan IPO pada Semester I 2024.
Alasan Investasi ke Startup Indonesia Anjlok
Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia atau Amvesindo Eddi Danusaputro mengatakan, investor tengah menunggu dan melihat alias wait and see situasi ekonomi sebelum berinvestasi.
“Mereka wait and see karena faktor makro ekonomi, tingginya suku bunga acuan hingga kondisi geopolitik,” kata Eddi kepada katadata.co.id, Jumat (19/7).
Menurut dia, pendanaan ke startup Indonesia akan membaik pada semester kedua. "Jika melihat potensi turunnya suku bunga," ia menambahkan.