Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) sepakat untuk mendanai produksi massal Robot Medical Assitant ITS-Unair atau Robot Raisa. Robot ini akan membantu dalam penanganan pasien terinfeksi virus corona.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan, jumlah produksi Robot Raisa akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga medis. Kebutuhan ini berdasarkan data rumah sakit rujukan Covid-19.
"Kami berencana mendanai pengembangan robot ini. Namun, tidak tahu berapa kebutuhan rumah sakit," ujar Bambang saat video conference, Kamis (14/5).
Untuk itu, kementerian akan berkoordinasi dengan Gugus Tugas, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan pihak swasta yang ingin menggunakan robot tersebut. Kemenristek juga menggaet Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam memproduksi massal Robot Raisa.
(Baca: Kemenristek Buat Robot Raisa untuk Tangani Pasien Positif Corona)
Setelah tahap uji coba bersama Kemenkes selesai, kementerian siap untuk memperbanyak robot Raisa. "Yang terpenting, keberadaan robot ini bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor alat pelindung diri (APD),” ujar Bambang.
Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari menambahkan, ada tiga generasi robot yang dikembangkan yakni Raisa, Raisa Tiara, dan Riasa BCL atau Backer Calm Down Labour. Robot Raisa generasi pertama hanya mampu membawa barang-barang kebutuhan medis dan keperluan pasien.
Selain itu, Raisa generasi pertama bisa mengukur suhu tubuh dan berinteraksi secara visual maupun audio dengan pasien. Robot juga bisa meneruskan pesan kepada keluarga pasien.
Sedangkan generasi kedua alias Raisa Tiara, dilengkapi dengan beberapa alat sensor yakni untuk suhu dan kadar oksigen. Sensor ini menggunakan teknologi internet of things (IoT).
(Baca: Tangkal Corona, JD.com Kirim Paket Pakai Drone & Robot di Tiongkok)
ITS pun bakal membuat basis data di server untuk Raisa Tiara. Dengan begitu, masing-masing pasien memiliki datanya sendiri.
Karena fungsinya lebih banyak, Robot Raisa Tiara akan ditempatkan di ruangan HCU di mana pasien corona yang kondisinya masih sadar dirawat. “Robot ini bisa bergerak ke area yang dituju, membuka pintu otomatis, serta menyerahkan makanan, minuman, obat, dan lainnya," ujar Ashari.
Sedangkan, Raisa BCL bakal ditempatkan di ruangan ICU untuk merawat pasien corona yang kondisinya pasif atau tidak sadarkan diri. Robot ini dilengkapi dengan kamera CCTV yang baik, sehingga para tenaga medis tetap bisa mengendalikan cairan infus, denyut jantung, suhu, saturasi oksigen hingga produksi urin pasien per jam.
"Kalau saturasi oksigen pasien menurun, dokter bisa mengambil langkah penting misalnya, dengan memasang ventilator. Diharapkan robot ini dapat menurunkan tingkat mortalitas atau kematian," kata Ashari.
Direktur Utama RSUA Prof dr Nasronudin mengatakan, fitur-fitur tambahan pada Raisa sangat membantu para tenaga medis dalam menjalankan tugasnya. "Mengurangi volume frekuensi kerja mereka dan potensi penularan virus dari pasien," ujar Nasronudin.
(Baca: ITS Kembangkan Robot Ventilator Seharga Rp 20 Juta untuk Hadapi Corona)