Konferensi Tingkat Tinggi G20 akan digelar di Nusa Dua, Bali pada 15-16 November 2022. Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra mengungkapkan terdapat sejumlah ancaman terhadap keamanan siber saat KTT G20 tersebut digelar.
"Dalam laporan monitoring National Security Operation Center (NSOC) yang dimiliki BSSN, kami melihat ada beberapa jenis tren ancaman siber yang terjadi di Indonesia dan juga potensi ancaman yang mungkin terjadi pada KTT G20 nanti," ujar Rian, sapaan akrab Ariandi Putra, dikutip dari Antara, Rabu (26/10).
Beberapa ancaman serangan siber yang dimaksud Rian, antara lain berupa:
- Spam yang merupakan penggunaan perangkat elektronik untuk mengirimkan pesan secara bertubi-tubi tanpa dikehendaki oleh penerimanya.
- Phising, yakni kejahatan digital untuk mencuri informasi dan data pribadi seseorang melalui surat elektronik, telepon, pesan teks, ataupun sarana lainnya.
- Malicious document, yakni sebuah virus yang ditempelkan pada dokumen-dokumen.
- Serangan siber hijacking yang berupa pembajakan peramban.
- Potensi keberadaan WiFi palsu.
- Malware, yakni perangkat lunak yang diciptakan untuk menyusup atau merusak sistem komputer, server atau jejaring komputer tanpa izin (informed consent) dari pemilik.
"Kami memantau aksi pencurian data terkait tren-tren ancaman siber yang terjadi bukan mengancam KTT G20 ini, tapi ada sejak sebelum KTT G20,” ujar dia.
Adapun BSSN telah menyiapkan tiga klaster dukungan pengamanan siber untuk mengantisipasi ancaman tersebut, yang terdiri atas pengamanan sebelum, saat, dan sesudah pelaksanaan KTT G20.
"Ini kami lakukan dalam rangka memaksimalkan dan melihat bagaimana situasi ideal pengamanan siber yang ingin dilakukan pada saat main event (acara inti) pada tanggal 15 dan 16 November mendatang," kata dia.
- Klaster pertama atau sebelum acara KTT G20.
BSSN telah melakukan audit sistem manajemen keamanan informasi, mengukur tingkat kematangan keamanan siber, dan memantau anomali traffic (arus) berdasarkan laporan pemantauan NSOC yang dimiliki BSSN, serta memetakan potensi ancaman siber.
- Klaster kedua atau saat KTT G20 berlangsung,
BSSN akan memantau arus siber dan informasi insiden, mengamankan sinyal dan kontra-penginderaan, serta melakukan forensik digital dan respons terhadap insiden siber yang terjadi.
- Klaster Ketiga atau setelah KTT G20 berlangsung,
"Pasca-event-nya, kami tidak ujug-ujug akan meninggalkan event (KTT G20) tersebut. Kami juga masih bekerja, masih melakukan berbagai hal, antara lain pelaksanaan identifikasi celah kerentanan pengamanan siber," ujar Rian.
Selain itu, menurut dia, BSSN juga melakukan pemetaan potensi ancaman pengungkapan data dan tetap melakukan forensik digital serta respons terhadap insiden siber yang terjadi. Melalui rangkaian langkah pengamanan itu, BSSN berharap situasi ideal pengamanan siber KTT G20 benar-benar dapat terlaksana dengan baik.