Kominfo atau Kementerian Komunikasi dan Informatika meluncurkan buku ‘Bernalar Sebelum Klik’ yang bisa menjadi panduan bagi warganet dalam menggunakan media sosial maupun memanfaatkan platform digital untuk menambah cuan.
Buku tersebut digarap oleh Agus Sudibyo yang juga merupakan anggota Komite Etik Katadata.
“Pas waktu peluncurannya menjelang Pemilu 2024,” kata Wakil Menteri Kominfo Nezar Patria saat acara peluncuran yang disiarkan melalui YouTube, Senin (18/12).
Menurut dia, buku itu penting bagi warganet di tengah masifnya konsumsi informasi melalui internet dan adanya fenomena clicking monkeys atau hanya membaca judul konten tanpa memeriksa kebenarannya.
Buku tersebut juga memberikan panduan mengenai tata cara membagikan informasi di media sosial dan jagad maya. Misalnya, tidak membagikan data pribadi, informasi keuangan atau meminta izin terlebih dulu sebelum mengunggah tangkapan layar alias screenshot konten lain.
Ia mencontohkan penyebaran informasi terkait debat capres alias calon presiden pekan lalu. “Kami memonitor misinformasi dan disinformasi yang terjadi untuk menjaga menjaga iklim demokrasi agar semuanya bisa menyampaikan aspirasi secara sehat,” ujar dia.
Selain itu, buku ini membahas aplikasi media sosial yang mengumpulkan data pengguna.
“Kesadaran tentang data ini saya kira yang coba ditekankan oleh Agus Sudibyo di dalam buku, dengan mengeksplorasi proses datafikasi yang berlangsung cukup intens oleh para pengguna teknologi digital, dan para pengumpul data,” katanya.
Buku itu juga membahas tentang pelindungan data pribadi dan UU ITE, termasuk penyebaran informasi di media sosial.
Nezar juga menyoroti pentingnya penggunaan internet untuk meningkatkan penghasilan masyarakat. Kominfo membangun ‘tol langit’ lewat program Palapa Ring dan mengorbitkan satelit Satria-1 untuk menyediakan internet hingga ke pelosok.
Kemudian membangun pusat data dan menyediakan beberapa program untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia alias SDM.
“Membangun SDM sama pentingnya dengan membangun konektivitas infrastruktur,” ujar Nezar. “Kalau infrastruktur sudah bagus, tetapi SDM tidak bisa menggunakan HP bisa menimbulkan kekacauan.”
Oleh karena itu, Kominfo menggelar sejumlah program seperti literasi digital hingga beasiswa di bidang teknologi. Tujuannya, menyiapkan SDM agar memenuhi kebutuhan sembilan juta talenta digital pada 2030.
“Sekarang belum sampai 20%. Sekitar 15% - 16%,” kata Nezar.