Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati kembali terpilih menjadi anggota Dewan Eksekutif Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).
"Untuk periode empat tahun ke depan, Indonesia kembali dipercaya menjadi Executive Council WMO. Ini merupakan tugas yang tidak mudah, karena Indonesia harus menjadi contoh praktik baik memanajemen isu-isu strategis di kawasan," kata dia dikutip dari Antara, (5/6).
Sebelumnya Dwikorita dicalonkan sebagai Presiden WMO untuk periode 2023-2027 yang pemilihannya berlangsung dalam The Nineteenth World Meteorological Congress (Cg-19) di Jenewa, Swiss, Kamis, 1 Juni 2023. Namun, ia kalah bersaing dari Abdulla Ahmed Al Mandous dari Uni Emirat Arab (UEA).
Kongres tersebut memilih Sekretaris Jenderal WMO: Prof. Celeste Saulo dari Argentina; Wakil Presiden I WMO, Dauda Konate dari Pantai Gading; Wakil Presiden II WMO Eoin Moran dari Irlandia; serta Wakil Presiden III WMO Mrutyunjay Mohapatra dari India.
Mantan Rektor UGM yang Menjabat Kepala BMKG sejak 2017
Dwikorita Karnawati secara resmi menjabat sebagai Kepala BMKG sejak November 2017. Sebelum menjadi Kepala BMKG, ia merupakan Rektor Universitas Gadjah Mada periode 2014-2017.
Saat itu, Dwikorita dipilih untuk mengisi jabatan rektor antar waktu menggantikan Pratikno yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara. Ia merupakan akademikus perempuan pertama di UGM yang diangkat sebagai rektor.
Dwikorita adalah alumnus Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM yang melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di bidang yang sama di Leeds University, Inggris. Sebagai pakar geologi lingkungan dan mitigasi bencana, ia kerap mendapatkan penghargaan seperti The Young Academic Award dari World Bank, dan satu-satunya orang Indonesia yang mendapat penghargaan Leverhulme Professorship Award, Institute for Advanced Studies, University of Bristol, Inggris.
Selama menjabat sebagai Kepala BMKG, Dwikorita aktif mendorong inovasi seputar teknologi sistem peringatan dini dan sistem prakiraan berbasis dampak. Ia mendorong inovasi itu dikembangkan dengan mengoptimalkan penggunaan big data, artificial intelligent, dan internet of things yang terhubung ke media sosial dan aplikasi mobile.
Dalam upacara pelantikannya sebagai rektor, Dwikorita menyatakan sejak kecil cita-citanya adalah menjadi guru TK karena ia sangat mengagumi gurunya. Tetapi, ia justru menjadi dosen, menjabat rektor, hingga saat ini menjadi Kepala BMKG sekaligus sebagai Dewan Eksekutif WMO.
Aktif Melakukan Penelitian Kebencanaan
Sebagai akademikus, Dwikorita rajin melakukan penelitian terkait dengan mitigasi bencana geologi. Usai memperoleh gelar Ph.D di Leeds University, Inggris, ia melanjutkan penelitiannya mengenai prediksi bencana hidrometeorologi dalam program post doctoral di Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang.
Setelah itu, ia membuat riset mengenai sistem peringatan dini bencana longsor yang berbasis masyarakat. Penelitiannya ini membuatnya mendapatkan Leverhulme Professorship Award, Institute for Advanced Studies, University of Bristol, Inggris.
Melalui award ini, Dwikorita dapat mengembangkan penelitian mengenai sistem peringatan dini tersebut. Penelitian itu juga dipilih sebagai salah satu penelitian terbaik kategori Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor oleh International Consortium on Landslides (ICL).
Berkat penelitian itu, UGM menjadi salah satu rujukan dunia dalam pengurangan risiko bencana tanah longsor. Sejak itu pula, Dwikorita fokus melakukan berbagai riset mengenai bencana tanah longsor yang merupakan salah satu bencana hidrometeorologi paling sering terjadi di Indonesia. Sepanjang 2022, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat terjadi 634 peristiwa tanah longsor.
Salah satu riset unggulan Dwikorita pada 2011 adalah pengembangan sensor teknis yang diintegrasikan dengan sensor manusia untuk sistem peringatan dini tanah longsor. Ia mendapatkan hibah penelitian dari Fulbright untuk mengembangkan riset itu yang dilakukan di The Visualization Center-Homeland Security Post Graduate Program, di San Diego State University, California, AS pada 2011- 2012.
Dwikorita merupakan salah satu peneliti yang berhasil melakukan pemetaan mikrozonasi kegempaan di Yogyakarta yang bekerja sama dengan University of East Anglia, Inggris, pada 2007-2010.
Rekam jejak dalam melakukan berbagai penelitian di bidang kebencanaan itu membuat Dwikorita terpilih sebagai koordinator untuk Jaringan Universitas ASEAN - Program Pengembangan Pendidikan Teknik Asia Tenggara (AUN Seed Net) di bidang Mitigasi Bencana pada 2004-2014.
Pada 2015, ia ditunjuk sebagai Wakil Presiden International Consortium on Landslides (ICL) yang mendorong pengembangan sistem peringatan dini bencana hidrometeorologi. Pada 2019, ia terpilih sebagai Ketua Kelompok Koordinasi Antar Pemerintah dalam Sistem Peringatan dan Mitigasi Tsunami Samudera Hindia (The Intergovernmental Coordination Group of Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System).