Investor kawakan Lo Kheng Hong, kembali menambah pundi-pundi sahamnya di emiten produsen ban, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).
Berdasarkan publikasi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengenai pemegang saham di atas 5% sampai dengan 17 Juni 2022, Lo Kheng Hong tercatat meningkatkan porsi kepemilikan sahamnya menjadi sebesar 5,16% atau setara 179.901.000 saham.
Sebelumnya, berdasarkan komposisi pemegang saham Gajah Tunggal yang efektif sampai dengan 31 Mei 2022, Lo tercatat menguasai sebanyak 5,11% saham yang setara 178.012.400 saham.
Denham Pte Ltd bertindak sebagai pemegang saham pengendali dengan kepemilikan saham 49,50%, Compagnie Financiere Michelin SCMA sebesar 10% dan pemegang saham publik sebesar 35,39%.
Sampai dengan kuartal pertama, produsen ban bersandi GJTL ini membukukan perolehan laba bersih senilai Rp 71,48 miliar. Laba bersih tersebut tercatat turun sekitar 37% dari tahun sebelumnya Rp 114,19 miliar.
Perusahaan mengantongi pendapatan sebesar Rp 4,22 triliun, naik 7,92% dari sebelumnya Rp 3,92 triliun. Rinciannya, pendapatan Gajah Tunggal dikontribusi dari pendapatan pihak ketiga di pasar domestik senilai Rp 2,98 triliun.
Kemudian, penjualan kepada pihak berelasi Rp 862,72 miliar dan penjualan di pasar ekspor memberi andil Rp 412,93 miliar terhadap pendapatan perusahaan.
Sejalan dengan meningkatnya penjualan, beban pokok penjualan Gajah Tunggal juga naik sebesar 13,29% menjadi Rp 3,58 triliun dari sebelumnya Rp 3,16 triliun. Alhasil, perseroan mengantongi laba kotor sebesar Rp 641,64 miliar, lebih kecil hampir 16% dari tahun lalu Rp 760,56 miliar.
Pada perdagangan Kamis ini (23/6), terpantau harga saham GJTL terkoreksi sebesar 0,74% ke level Rp 675 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 2,5 triliun.
Catatan Katadata.co.id, Lo Kheng Hong menjelaskan alasan membeli saham Gajah Tunggal, karena melihat prospek perseroan yang masih bagus. Dia mengakui Gajah Tunggal mengalami kenaikan kerugian nilai tukar mata uang atau kurs sebesar Rp 304 miliar, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 162,55 miliar. Namun, secara operasional Gajah Tunggal masih menguntungkan. "Akhir Desember 2020, rupiah menguat sehingga kerugian kurs berkurang banyak dan bisa membuat Gajah Tunggal berubah menjadi laba," ujar Lo Kheng Hong.
Dia mengatakan, Gajah Tunggal termasuk pabrik ban terbesar di Asia Tenggara dengan penjualan Rp 9,6 triliun selama sembilan bulan pertama 2020. “Terakhir saya membeli di harga 650. Itu price to book value 0,36, murah sekali,” kata dia. Pembelian saham GJTL pada awal Januari untuk menggenapi lima persen saja lantaran sebelumnya sudah memiliki.
Gajah Tunggal didirikan pada 1951 sebagai produsen ban sepeda dan selama bertahun-tahun memperluas kapasitas produksi hingga ban sepeda motor, kendaraan penumpang, dan komersial. Perusahaan mulai memproduksi ban sepeda motor pada 1971 dan mulai memproduksi ban untuk penumpang dan kendaraan komersial pada 1981. Pada 1993, Gajah Tunggal mulai memproduksi dan menjual ban GT Radial untuk mobil penumpang dan truk ringan.