Robert Kiyosaki Ramal Credit Suisse Susul Jadi Bank Gagal Setelah SVB

ANTARA FOTO/REUTERS/Arnd Wiegmann/WSJ/dj
Logo bank Swiss Credit Suisse
Penulis: Zahwa Madjid
14/3/2023, 16.55 WIB

Penulis buku Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki memprediksi akan ada bank besar lainnya yang menyusul keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB), bank publik yang berbasis di Santa Clara, California, Amerika Serikat. 

Dalam wawancaranya bersama Fox News, Kiyosaki mengatakan kejadian yang menimpa SVB salah satunya disebabkan oleh pasar obligasi yang sedang ambruk. Tak hanya itu, Kiyosaki sempat memprediksi bank selanjutnya yang akan runtuh adalah bank investasi terbesar asal Swiss, Credit Suisse.

"Masalahnya adalah pasar obligasi, dan prediksi saya, saya menelepon Lehman Brothers bertahun-tahun yang lalu, dan saya pikir bank berikutnya yang dituju adalah Credit Suisse," kata Robert Kiyosaki di acara Fox News, Cavuto: Coast to Coast Senin (13/3).

Hanya beberapa hari setelah SVB, bank yang fokus membiayai perusahaan industri teknologi dan perusahaan rintisan ini menyatakan bangkrut, Signature Bank yang berbasis di New York mengumumkan akan ditutup untuk melindungi konsumen dan sistem keuangan.

Mirip dengan SVB, Signature Bank populer di kalangan perusahaan crypto. Lembaga tersebut menyediakan layanan deposit untuk aset digital kliennya tetapi tidak memberikan pinjaman yang dijaminkan oleh mereka.

Kiyosaki lebih lanjut menjelaskan bagaimana pasar obligasi menjadi masalah terbesar ekonomi dan  akan menempatkan AS dalam masalah serius karena dia memperkirakan dolar Amerika akan melemah.

Di tengah hiperinflasi dan mencetak lebih banyak uang, Kiyosaki melalui akun Twitter resminya menyarankan untuk mengeksplorasi atau membeli investasi perak dan emas selama pasar bergejolak.

“Dua Bank Besar telah jatuh. Bank ketiga bersiap untuk menyusul. Beli koin emas dan perak asli sekarang. Tidak ada ETF. Saat bank ketiga ambruk, emas dan perak meroket,” cuit @theRealKiyosaki di akun Twitternya, dikutip pada Selasa (14/3). 

Sebagaimana diketahui, Credit Suisse sebelumnya mengalami krisis keuangan setelah risiko gagal bayar atau spread swap default mencapai level tertinggi selama satu dekade terakhir pada September tahun lalu. Hal ini turut menyebabkan harga sahamnya jatuh 60%. 

Kejatuhan harga saham Credit Suisse imbas dari laporan Financial Times yang menyebut para eksekutif Credit Suisse tengah meyakinkan para investor utamanya di tengah meningkatnya kekhawatiran kondisi keuangan perusahaan. Sebelumnya, untuk melakukan efisiensi, perusahaan juga memangkas sekitar 5.000 karyawannya. 

Reporter: Zahwa Madjid