AADI vs MDIY, Mana Emiten Mercusuar IPO yang Lebih Menarik?

Pexels
Dua emiten mercusuar beraset jumbo akan melaksanakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Desember 2024 ini.
4/12/2024, 17.03 WIB

Dua emiten mercusuar beraset jumbo akan melaksanakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Desember 2024 ini. 

Merespons hal tersebut, Equity Analis Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Abyan Habib Yuntoharjo menyampaikan bahwa IPO MR. DIY berpotensi menarik perhatian di akhir tahun. Hal itu terutama karena MR. DIY akan menjadi sorotan baru di industri ritel.

Mirae Asset Sekuritas menilai bahwa pertumbuhan perusahaan masih cukup tinggi, didukung oleh ekspansi besar-besaran ke pasar Indonesia, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. 

“Selain itu, harga produk yang lebih kompetitif dibandingkan para pesaingnya menjadi daya tarik tersendiri,” katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (3/12). 

Selain itu, Abyan mengatakan bahwa Mirae Asset juga melihat bahwa pertumbuhan yang masif ini dapat memberikan dampak positif pada laba bersih MR.DIY. Di sisi lain, Mirae Asset juga optimistis bahwa PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) juga dapat terdampak secara tidak langsung melalui dinamika pasar, baik dalam hal valuasi maupun kinerja sebagai peritel di segmen yang serupa.

Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan eceran alat-alat rumah tangga itu melepas maksimal 2,51 miliar lembar saham dari modal disetor dan ditempatkan pasca IPO. MR.DIY membuka harga penawaran awal di kisaran Rp 1.650-1.870 per saham. 

Dari aksi korporasi ini, MDIY berpotensi meraup dana segar sebanyak-banyaknya Rp 4,23 triliun. PT CIMB Niaga Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam penawaran saham perdana Daya Intiguna Yasa. Perusahaan berencana menggunakan 60% dari hasil IPO untuk membayar utang kepada PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA). 

Bagaimana dengan IPO AADI?

Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebut rencana IPO anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yakni PT Adaro Andalan Indonesia (AADI), disebut undervalue alias terlalu murah. Analis Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan, mengatakan valuasi AADI saat ini berkisar antara 4 hingga 5 kali price earnings ratio (PER). 

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri batu bara yang umumnya mencapai 6 hingga 7 kali. Ia menilai apabila valuasinya tetap di bawah rata-rata pasar, investor dapat melihat peluang capital gain saat saham AADI mulai diperdagangkan di bursa.  

“Untuk PUPS nya itu valuasinya masih sama, ya kami ngelihatnya sebenarnya valuasinya masih kurang,” kata Darma kepada wartawan di Jakarta, Selasa (12/11).

Selain itu Darma mengatakan bahwa saat ini sulit bagi investor asing, terutama dari Eropa, untuk masuk ke sektor batu bara Indonesia. Hal itu terutama negara-negara tersebut yang sudah mematuhi standar US. 

Bahkan, beberapa nasabah global memiliki aturan bahwa mereka hanya boleh berinvestasi pada saham dengan eksposur batu bara maksimal 10%. Ia berharap dengana adanya IPO anak uaha tersebut, manajemen Adaro berharap bisa menarik dana, baik dari investor domestik maupun asing. 

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk telah menetapkan harga IPO saham Rp 5.550 per saham. Emiten yang akan menggunakan kode saham AADI ini, berpotensi mengantongi dana IPO Rp 4,31 triliun.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila