Tak Disuntik PMN, Bank Mandiri tetap Optimistis Masuk Standar ASEAN

KATADATA
Bank Mandiri optimistis tetap dapat memenuhi persyaratan Qualified ASEAN Bank meski tak jadi disuntik tambahan modal.
12/2/2015, 11.10 WIB

KATADATA ? PT Bank Mandiri (Persero) Tbk optimistis bisa memenuhi standar bank ASEAN yang berkualitas atau Qualified ASEAN Bank (QAB) meskipun DPR menolak tambahan suntikan modal dari pemerintah.

Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin memaparkan ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan permodalan bank terbesar di Indonesia itu. ?Cara yang paling mudah adalah dengan menurunkan dividend payout ratio,? kata dia kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/2).

Bank Mandiri pada tahun lalu menyetorkan dividen sebesar 30 persen dari total laba bersih. Tahun ini, perseroan berharap bisa mengurangi setoran antara 10 persen hingga 20 persen.

Cara lain adalah dengan menerbitkan saham baru atau rights issue. Namun, cara ini tidak mungkin dilaksanakan pada tahun ini karena parlemen menolak memberikan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 5,6 triliun. Padahal, Bank Mandiri menargetkan dapat meraup tambahan modal Rp 9,3 triliun lewat rights issue pada tahun ini.

Selanjutnya, peningkatan modal perseroan dapat dilakukan melalui merger dengan bank lain. Akan tetapi, kata Budi, cara ini pun sulit terealisasi. Terlebih terdapat penolakan dari sejumlah pihak terkait pelaksanaan merger.

Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Pahala Mansury mengatakan, perseroan berupaya untuk terus meningkatkan permodalan guna memenuhi persyaratan untuk masuk dalam QAB. Meskipun batas minimal modal yang mesti dipenuhi tersebut sampai saat ini belum diketahui, lantaran masih dalam pembahasan di antara otoritas perbankan masing-masing negara ASEAN.

?Jadi kami belum tahu apakah modalnya harus Rp 100 triliun ataukah berapa,? ujar dia.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total modal Bank Mandiri per Desember 2014 mencapai Rp 85,7 triliun. Alhasil, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 17 persen.  

Reporter: Ameidyo Daud Nasution