KATADATA ? PT Blue Bird, perusahaan jasa transportasi, berencana melepas 531,4 juta lembar saham atau setara 20 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh dalam penerbitan saham perdana (IPO).
Dalam aksi korporasi tersebut, perseroan mematok harga penawaran sebesar Rp 7.200-Rp 9.300 per saham. Ini berarti target dana yang diincar dari penerbitan saham tersebut mencapai Rp 3,8 triliun-Rp 4,9 triliun.
Perseroan menargetkan akan mencatatkan saham di lantai bursa pada 3 November 2014. Adapun masa penawaran dilakukan pada 24-28 Oktober.
Jika terealisasi, IPO Blue Bird akan menjadi yang terbesar pada tahun ini. Sebelumnya nilai emisi terbesar dalam penerbitan saham perdana di Bursa Efek Indonesia adalah PT Wijaya Karya Beton Tbk senilai Rp 1,2 triliun pada 26 Maret lalu.
Presiden Direktur Blue Bird Purnomo Prawiro mengatakan, mayoritas atau 50 persen dana hasil penerbitan saham perdana atau initial public offering (IPO) tersebut akan dipakai untuk ekspansi usaha.
?Akan dipakai untuk membeli kendaraan baru dan mengakuisisi pool,? kata dia di Jakarta, Jumat (3/10).
Saat ini, jumlah armada Blue Bird sudah mencapai 30.298 unit per April 2014. Adapun sebanyak 23.932 unit di antaranya merupakan taksi reguler.
Direktur Keuangan Blue Bird Robert Rerimassie mengatakan, sekitar 35,71 persen dana hasil IPO akan dipakai untuk membayar utang bank.
?DER (Debt to Equity Ratio) kami sekarang 2,1 persen. Kami target dengan IPO ini bisa ke arah yang lebih aman. Mudah-mudahan (DER) bisa di bawah 1 persen,? kata Robert.
Peningkatan rasio utang, kata dia, juga karena likuiditas perbankan yang mengetat, sehingga bunga pinjaman naik hingga 200 basis poin (bps) atau 2 persen. Dana yang didapat nantinya, akan digunakan untuk membayar utang secara langsung.
Dengan begitu, lanjut dia, perusahaan akan lebih fleksibel untuk melakukan peminjaman kembali.
Kemudian sisanya, sekitar 14,3 persen dipakai untuk belanja modal (capital expidenture/ capex).