Setelah diterpa isu kesulitan likuiditas sehubungan dengan beredarnya foto di media sosial terkait aturan pembatasan penarikan uang tunai maksimal Rp 10 juta, PT Bank Bukopin Tbk kini mendapatkan suntikan dana segar dari KB Kookmin Bank melalui skema penawaran umum terbatas atau rights issue V. Rencananya KB Kookmin Bank akan menguasai saham mayoritas.
Informasi ini didapatkan dari pernyataan Direktur Operasi dan TI Bukopin, Adhi Brahmantya melalui keterangan resmi, Kamis (11/6). Menurutnya, suntikan dana KB Kookmin Bank membuktikan komitmen sebagai salah satu pemegang saham Bukopin saat ini. KB Kookmin Bank pun sedang memproses rencana peningkatan saham di OJK dan regulator di tempat asalnya, Korea Selatan.
“Ini adalah bukti, bahwa akuisisi KB Kookmin Bank adalah langkah nyata dati optimism terhadap Bank Bukopin sebagai bank penyalur kredit retail dengan potensi pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Adhi.
Hal sama disampaikan Direktur Manajemen Risiko Bank Bukopin, Jong Hwan Ha yang baru ditunjuk sebagai perwakilan KB Kookmin Bank. Menurutnya, KB Kookmin Bank akan segera merealisasikan rencana menjadi pemegang saham pengendali Bukopin dengan meningkatkan porsi saham dari 22% menjadi 51%.
Sementara OJK melalui Deputi Komisioner Humas dan Logistik Anto Prabowo, kemarin (11/6), menyatakan telah menerima pernyataan dari KB Kookmin Bank mengenai rencana ini. Bank asal negeri Gingseng ini disebut telah menyediakan dana di escrow account untuk menjadi pemegang saham pengendali menggeser Bosowa Corporindo milik keluarga pengusaha Aksa Mahmud. Juga akan memupuskan upaya BNI yang sebelumnya memiliki keinginan sama.
(Baca: Bukopin Kantongi Dana Segar dari Kookmin Bank)
Tentang KB Kookmin Bank
KB Kookmin Bank saat ini tercatat dalam 10 besar bank di Asia dengan total aset per 31 Desember 2019 sebanyak Rp 4.675 triliun atau tumbuh 8,5% dibanding 2018. Bank ini merupakan bagian dari KB Financial Group dan tercatat mencapai net income terbesar di Korea Selatan sepanjang 2019. Sahamnya telah tercatat di Korea Exchange (KRX) sejak 10 Oktober 2008 dan di New York Stock Exchange (NYSE) sejak 29 September 2008.
Selain mencapai net income terbesar di Korea Selatan pada 2019, KB Kookmin Bank juga mendapat peringkat pertama dalam National Consumer Satisfaction Index 2019 dan peringkat pertama National Brand Competitive Index di sektor perbankan selama 16 tahun berturut-turut dari Korea Productivity Center. Juga meraih penghargaan Korea Consumer Trust Leading Brand Award 2019 di sektor perbankan selama 13 tahun berturut-turut dari Korea Brand Management Association.
Bank terbesar di Korea Selatan ini juga mencatatkan melayani 31,5 juta nasabah per 31 Desember 2019 dan berhasil mengembangkan aplikasi perbankan digital dengan basis 15,5 juta pengguna. Sementara laba bersihnya pada tahun yang sama sebesar Rp 29.415,5 miliar atau meningkat 8% dibanding 2018.
KB Kookmin Bank telah mengembangkan sayapnya ke Inggris, Amerika Serikat, India, Tiongkok, Hong Kong, Jepang, Selandia Baru, Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Indonesia. Bank ini mulai menginjakkan investasinya di Indonesia pada 2018 setelah menjadi pemegang saham Bank Bukopin melalui rights issue IV dan mendapatkan pernyataan efektif dari OJK pada 29 Juni.
(Baca: BRI Bantu UMKM Agar Bisa Adaptif Menyambut Era New Normal)
Dalam rights issue IV itu, KB Kookmin mengucurkan dana segar sebesar Rp 41,6 triliun dengan penguasaan saham sebesar 22%. Saat itu OJK sangat mengapresiasi langkah KB Kookmin dengan menilainya bisa berdampak positif dalam memperkuat permodalan dan mendukung perkembangan bisnis Bank Bukopin.
Pernyataan KB Kookmin Bank mengakuisisi saham mayoritas telah berdampak positif bagi Bank Bukopin di pasar saham. Data RTI per pagi ini (12/6), saham Bukopin berkode BBKP menguat 18,34% ke posisi Rp 200 per lembar padahal perdagangan baru berjalan selama 14 menit. Peningkatan terjadi karena saham BBKP telah mencatat transaksi sebanyak 145,74 juta lembar dengan nilai sebesar Rp 28,13 miliar.
Hingga kuartal pertama tahun ini, Bukopin masih mencatatkan laba bersih Rp 53,46 miliar meski turun dari periode yang sama tahun lalu Rp 54,75 miliar. Rasio NPL gross masih menanjak dari 5,23% pada kuartal I 2019 menjadi 5,33%. Sementara CAR turun dari 13,29% menjadi 12,59%. Sementara rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau LDR naik dari 85,1% menjadi 90,92%.
(Baca: Bisnis Terpukul Pandemi, Bank Permata Perkirakan Laba Turun 75%)