PT Bank Jago Tbk (ARTO) meluncurkan aplikasi pengelolaan keuangan pada hari ini, Kamis (15/4). Bank digital milik konglomerat Jerry Ng ini mengedepankan fitur kantong (pockets) dan kolaborasi dengan ekosistem digital sebagai keunggulan dalam Aplikasi Jago tersebut.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar memandang Aplikasi Jago sebagai solusi keuangan yang berpusat pada kehidupan. Ia mengklaim pengelolaan uang bisa lebih sederhana, kolaboratif, dan inovatif sehingga menempatkan aspek hidup sebagai prioritas utama, sementara keuangan berada di prioritas selanjutnya.
"Kami banyak mendengar konsumen menginginkan hal-hal sederhana dalam mengalokasikan uang untuk tujuan yang berbeda," kata Kharim dalam konferensi pers yang digelar Senin (12/4) di kantornya, Jakarta.
Seperti alokasi untuk belanja, transportasi, biaya pendidikan anak, hiburan, dan tabungan jangka panjang. Sehingga dalam aplikasi ini, Bank Jago membuat fitur kantong (pockets) yang memungkinkan nasabah mengatur kantong yang berbeda-beda untuk masing-masing tujuan.
Kharim mengatakan, sejak awal didirikan, Bank Jago sudah memiliki konsep sebagai bank berbasis teknologi yang mampu tertanam dalam ekosistem digital. Teknologi Bank Jago juga memfasilitasi integrasi dengan sejumlah mitra digital ekosistem menggunakan Application Programming Interface (API).
Bank Jago telah menjalin kemitraan strategis dengan Gojek, yang saat ini memiliki saham Bank Jago sebesar 21,4% melalui Gopay sejak Desember 2020. Kharim mengaku, saat ini integrasi produk antara Jago dan Gojek telah berada di tahap lanjut.
"Layanan ini akan tersedia dalam waktu singkat, setelah semua prosesnya rampung,” kata Kharim.
Kharim optimis aplikasi Jago dapat membantu nasabah mewujudkan mimpi dan aspirasi dengan memaksimalkan teknologi. Terlebih, dalam dua tahun terakhir, masyarakat terbiasa menggunakan teknologi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
"Dengan konteks ini, kami meyakini peningkatan penggunaan layanan keuangan digital akan berlanjut setelah pandemi, dan bukan kembali ke perilaku sebelum krisis," kata Kharim.
Aplikasi Bank Jago ini menjadi salah satu yang ditunggu-tunggu, hal itu terlihat dari pergerakan harga saham Bank Jago karena ekspektasi terhadap perusahaan. Dalam satu tahun terakhir, harga saham bank yang sebelumnya bernama Artos ini sudah menguat hingga 330,6% dalam satu tahun terakhir menjadi Rp 11.300 per saham pada Kamis (15/4).
Transformasi Bank Artos menjadi bank digital berawal pada 2019, dimana PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology Limited (WTT) masuk sebagai pemegang saham. Pengendali baru melakukan akuisisi saham Bank Artos sebesar 37,65% oleh MEI dan 13,35% oleh WTT. Ada dua pebisnis besar di balik perusahaan tersebut, yaitu Jerry Ng dan Patrick Walujo.
Setelah Penawaran Umum Terbatas (PUT) tahap II, total kepemilikan MEI dan WTT 41,49%. Lalu, pada Desember 2020 Gojek melalui bisnis layanan keuangan dan pembayaran digitalnya Gopay (PT Dompet Karya Anak Bangsa) masuk sebagai pemegang saham sebesar 21,40%, serta GIC Pte sebesar 9,12%.