PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) bekerja sama dengan perusahaan teknologi asal Tiongkok, Huawei dan Tencent, untuk mengembangkan lebih dari 30 proyek layanan digital. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya perusahaan menjadi bank digital di Indonesia.
Direktur Utama BNC Tjandra Gunawan menargetkan, proyek-proyek pengembangan digital bisa rampung dalam waktu cepat. Meski demikian, Tjandra memastikan teknologi dan pengembangan digital yang diproduksi bukan aplikasi percobaan.
"Kami serius menggarap teknologi, karena kerja sama dengan Huawei, Tencent, dan Sunline. Kami pastikan teknologi kami sudah siap dan andal saat diluncurkan," kata Tjandra dalam wawancara beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, saat ini aplikasi neo+ milik BNC memang sudah ada, tapi belum berjalan secara maksimal. Pasalnya, perusahaan masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait izin beberapa fitur yang akan ada di dalam aplikasi tersebut.
Tjandra menyebutkan, saat ini Bank Neo sudah menghabiskan anggaran Rp 200 miliar untuk mengembangkan teknologi. Ke depan, perusahaan berencana melipatgandakan nilai investasi untuk pengembangan layanan digital.
"Sudah investasi di kisaran Rp 150 miliar-Rp 200 miliar untuk investasi sejauh ini dan terus berjalan. Ke depannya bisa (dianggarkan) sampai double atau triple dari yang sudah diinvestasikan," kata Tjandra.
Salah satu sumber dana untuk mengembangkan teknologi yaitu melalui penawaran umum terbatas (PUT) V dan VI dengan hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue. Rencananya, BNC menerbitkan total 10 miliar unit saham baru.
Tujuan utama penerbitan saham baru ini adalah memenuhi ketentuan modal minimal Rp 2 triliun tahun ini yang diwajibkan oleh OJK dan Rp 3 triliun tahun depan. Namun, BNC juga tak lupa menganggarkan sebagian lainnya untuk pengembangan informasi teknologi.
"Tujuan kami melakukan rights issue, untuk memenuhi modal minimum. Tapi, di luar itu akan kami gunakan dana segar untuk masuk investasi di IT, kedua untuk operasional," ujar Tjandra.
Meski begitu, Tjandra belum bisa mengungkapkan harga saham pelaksanaan dalam aksi korporasi ini, sehingga belum bisa dipastikan jumlah dana yang diincar oleh Bank Neo Commerce. Sebagai gambaran, harga saham bank dengan kode emiten BBYB tersebut di pasar saham senilai Rp 470 per saham pada 28 April 2021.
Ia mengatakan, dua pemegang saham mayoritas Bank Neo Commerce, yaitu PT Akulaku Silvrr Indonesia dan PT Gozco Capital yang masing-masing memiliki 24,98% dan 20,13% berkomitmen menjalankan haknya. Sementara, Tjandra mengatakan, belum mendengar komitmen dari PT Asabri (Persero) yang pegang 16,83%.
Dengan dilakukannya penawaran saham baru ini, Bank Neo Commerce akan mendapatkan tambahan modal disetor yang akan digunakan untuk modal kerja sehingga dapat mengembangkan kegiatan usaha. Alhasil, akan berdampak positif terhadap kondisi keuangan dan hasil usaha bank.
Rencananya, aksi korporasi ini dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang rencananya digelar 28 Mei 2021. Jika mendapat lampu hijau, jangka waktu aksi korporasi ini 12 bulan setelah tanggal RUPSLB.