Peta persaingan bank digital di Tanah Air makin ramai. Kali ini, PT Super Bank Indonesia (Superbank) resmi meluncur pada Senin (20/2), menggantikan PT Bank Fama International (Bank Fama).
Bank Fama sebelumnya diakuisisi oleh Grup Emtek pada Desember 2021 lalu, kemudian, Grab dan Singtel masuk melakukan penyertaan modal awal 2022. Superbank kemudian bertransformasi menjadi bank digital yang menyasar para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan nasabah ritel.
Superbank akan turut menambah daftar pelaku bisnis bank digital di dalam negeri lainnya seperti Allo Bank milik CT Corp dan Salim, Blu by BCA (Grup Djarum), Bank Jago (Jerry Ng dan GOTO), Bank Neo Commerce (Akulaku Grup), Digibank (DBS Indonesia), hingga Seabank (Sea Grup).
Direktur Utama Superbank, Tigor M. Siahaan kehadiran Superbank diharapkan menjadi bank yang dapat diandalkan oleh nasabah untuk memberikan panduan dan dukungan keuangan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari hingga membantu mencapai aspirasi besar mereka.
“Momen ini juga memperkuat komitmen kami dalam memperluas akses ke pembiayaan yang mudah dan bertanggung jawab bagi segmen underbanked,” kata Tigor, dalam keterangan pers, Senin (20/2).
Tigor menilai, industri perbankan Indonesia memiliki potensi besar. Simpanan nasabah di bank umum di Indonesia terus meningkat, mencapai Rp 8.203 triliun pada 2022, tumbuh lebih dari 8% dibandingkan 2021.
Sedangkan, nilai transaksi perbankan digital pada 2022 meningkat 28,72% year-on-year menjadi Rp52.545,8 triliun dan diproyeksikan akan tumbuh 22,13% hingga mencapai Rp 64.175,1 triliun pada 2023.
“Superbank diharapkan dapat menjangkau jutaan UMKM dan nasabah ritel melalui ekosistem luas yang dimiliki oleh Grup EMTEK, Grab, dan Singtel,” kata Tigor.
Selanjutnya, jutaan pengguna platform Grab di Indonesia, termasuk mitra pengemudi, merchant, dan agen Grab; serta jutaan pelanggan seluler dan bisnis di 21 pasar global untuk Singtel yang juga mencakup tetapi tidak terbatas pada Indonesia dan seluruh Asia Tenggara.
Tidak hanya itu, Indonesia memiliki populasi underbanked terbesar di Asia Tenggara. Termasuk di antaranya UMKM dan nasabah retail dari segmen underbankeddengan beberapa sumber pendapatan, namun tetap membutuhkan pinjaman untuk dapat terus mengembangkan usahanya.
“Segmen UMKM dan nasabah retail inilah yang menjadi target pasar utama kami. Dengan meningkatkan akses finansial ke segmen ini, kami dapat mendukung produktivitas mereka sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ucap Tigor.