Otoritas Jasa Keuangan mencatat, terdapat 772 emiten Bursa Efek Indonesia atau BEI yang telah menyampaikan laporan keuangan kuartal II 2024 dari 934 emiten hingga 3 Agustus 2024. Sektor kesehatan dan properti mencatatkan pertumbuhan pendapatan paling tinggi.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Inarno Djajadi mengatakan, rata-rata pendapatan perusahaan naik 4,02% atau naik Rp 8,5 triliun dibandingkan semester satu tahun sebelumnya. Sektor kesehatan mencatatkan kenaikan rata-rata pendapatan paling tinggi mencapai 11,7%, disusul properti yang naik 6,33%.
Berdasarkan kontribusi terhadap nilai pertumbuhan pendapatan, sektor finansial mencatatkan kontribusi paling tinggi mencapai 44,2% atau Rp 39,1 triliun dari total pertumbuhan pendapatan. Posisi kedua didapuk sektor konsumer nonprimer yang berkontribusi 27,7% atau Rp 24,52 triliun, disusul konsumer primer yang berkontribusi 11,41% atau Rp 10,10 triliun.
''Selain itu, ada satu sektor yang secara agregat mengalami penurunan kerugian yaitu sektor teknologi,'' kata Inarno dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan atau RDKB OJK, Senin (5/8). Inarno tidak menyebutkan berapa persen penurunan kerugian tersebut.
OJK juga mencatat rata-rata laba bersih perusahaan naik 3,34% atau Rp 8,91 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
''Lima sektor mengalami peningkatan profitabilitas yaitu sektor finansial, material dasar, kesehatan, konsumer primer dan infrastruktur,'' katanya.
Beberapa emiten yang belum melaporkan kinerja keuangannya misalnya seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) . Kedua perusahaan ini menyatakan laporan keuangan mereka tengah ditelaah secara terbatas oleh akuntan publik.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Corporate Secretary Adaro Energy Indonesia Mahardika Putranto menyebut perusahaan akan menyampaikan laporan keuangan kuartal II untuk tahun buku 2024 yang ditelaah secara terbatas oleh akuntan publik.
Selain itu dari sektor finansial, PT Bank Negara Indonesia Tbk atau (BBNI) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) juga belum melaporkan kinerja keuangan untuk semester dua 2024.