PT Smartfren Telecom Tbk, melalui anak usahanya PT Smart Telecom, mengakuisisi saham PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo). Tujuannya, untuk menggarap bisnis telekomunikasi 5G di Indonesia.
Hal itu disahkan melalui penandatanganan perjanjian penyertaan saham bersyarat antara Smartel, Moratel, dan para pemegang saham Moratel, yakni PT Candrakarya Multikreasi (CKM), dan PT Gema Lintas Benua (GLB).
Direktur Smartfren Antony Susilo mengatakan, Smartel melakukan penyertaan modal atas saham-saham baru yang dikeluarkan dari portepel Moratel sebesar 20,5% dengan nilai transaksi Rp 360 miliar. Aksi korporasi telah mendapat persetujuan dari para pemegang saham masing-masing.
"Dengan penyertaan modal saham tersebut, Smartel akan menjadi pemegang saham minoritas, sehingga tak dapat menempatkan pengurus di Moratel," kata Antony dalam keterangan tertulis perusahaan, Rabu (2/6).
Penyertaan saham dilakukan untuk mengembangkan usaha strategis Smartfren, Smartel, dan Moratel di masa mendatang. Aksi korporasi ini diyakini dapat meningkatkan sinergi dalam kegiatan operasional, sehingga berdampak positif pada kinerja bisnis, dan kondisi keuangan konsolidasi perusahaan.
Emiten berkode saham FREN ini berencana menjadi penyelenggara telekomunikasi 5G di Indonesia. Kongsi dua entitas bidang telekomunikasi ini akan berdampak langsung terhadap sinergi bisnis teknologi 5G.
Sebagai informasi, Smartfren dan Telkomsel merupakan dua operator yang memenangkan lelang frekuensi 2.3 GHz yang akan digunakan untuk 5G. Dalam lelang tersebut, Telkomsel memperoleh dua blok (A dan C). Sedangkan Smartfren mendapatkan satu blok (blok B) dengan harga lelang Rp 176,9 miliar per blok.
Menurut analis D-Insight, kemenangan frekuensi 2.3 GHz dipastikan akan berdampak positif terhadap bisnis jangka panjang Smartfren. Pihak yang paling diuntungkan dalam aksi korporasi ini bisa jadi Smartfren.
Dalam beberapa tahun terakhir, entitas bisnis Grup Sinarmas ini masih terus membukukan rugi. Berdasarkan laporan keuangan 2020, Smartfren membukukan kerugian bersih sebesar Rp 396,83 miliar. Kerugian tersebut turun signifikan dibanding tahun sebelumnya yang merugi Rp 1,77 triliun.
Di sisi lain, pengalaman panjang Moratelindo sebagai penyedia infrastruktur internet akan melengkapi Smartfren yang selama ini fokus di bisnis operator telekomunikasi. Di segmen bisnis fiber optic, Moratelindo telah membangun jaringan internasional sepanjang 81,5 kilometer yang menghubungkan Batam dan Singapura.
Di pasar Indonesia, Moratelindo memiliki jaringan nasional yang menghubungkan Sumatera - Jawa - Bali dengan panjang kabel 7.167 kilometer. Kemudian pada 2011, Moratelindo membangun infrastruktur serat optik yang menghubungkan Batam - Dumai - Malaka (BDM) dengan panjang kabel 403 kilometer.